REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Panas dan dingin yang ekstrem menyebabkan sekitar 407.500 kematian di Eropa setiap tahun. Jika tidak ada tindakan lebih lanjut yang dilakukan untuk memerangi perubahan iklim, maka jumlah korban jiwa akibat cuaca ekstrem bisa meningkat, menurut estimasi baru dari para peneliti Komisi Eropa.
Dikutip dari Euro News, saat ini sebagian besar kematian terkait suhu di Eropa disebabkan oleh cuaca dingin. Tetapi, panas ekstrem akan menjadi tantangan yang semakin mematikan, terutama di Eropa bagian selatan dan daerah-daerah yang memiliki lebih banyak penduduk lanjut usia, demikian menurut penelitian tersebut yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Public Health.
Analisis ini mengasumsikan peningkatan pemanasan global sebesar 3 derajat Celsius, yang merupakan batas atas dari lintasan yang ada saat ini, menurut perkiraan PBB terbaru. Angka ini juga dua kali lipat dari target 1,5°C yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
“Eropa, seperti halnya di seluruh dunia, menghadapi peningkatan jumlah hari yang sangat panas, dan negara-negara tidak siap dengan dampak yang akan terjadi pada kesehatan penduduknya,” kata Madeleine Thomson, kepala dampak iklim dan adaptasi di yayasan kesehatan yang berbasis di Inggris, Wellcome Trust.
Para peneliti menganalisis data dari hampir 1.400 wilayah di 30 negara di seluruh Eropa untuk memperkirakan jumlah kematian akibat cuaca panas dan dingin yang ekstrem dari waktu ke waktu, dan memperhitungkan penuaan populasi untuk memprediksi bagaimana tingkat ini dapat berubah pada tahun 2100.
Pendekatan tersebut memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi titik-titik panas di mana orang-orang akan terkena dampak terburuk di masa depan. Hal itu disampaikan Juan-Carlos Ciscar, salah satu penulis studi dan seorang petugas ilmiah di Pusat Penelitian Bersama (JRC) Komisi Eropa.
Antara tahun 1991 dan 2020, terdapat sekitar 364.000 kematian terkait suhu dingin dan 44.000 kematian terkait suhu panas per tahun di seluruh Eropa. Suhu dingin menewaskan lebih banyak orang di Eropa timur dan suhu panas yang ekstrem menyebabkan lebih banyak kematian di Eropa selatan, demikian hasil studi tersebut.
Meskipun jumlah keseluruhan kematian akibat cuaca dingin akan sedikit menurun dalam beberapa dekade mendatang, jumlah kematian akibat cuaca dingin diperkirakan meningkat di Irlandia, Norwegia, dan Swedia. Kematian akibat panas juga diperkirakan akan meningkat tajam di seluruh benua, dengan Spanyol, Italia, Yunani, dan beberapa bagian Prancis yang paling terdampak.
“Dengan perubahan iklim, gelombang panas menjadi lebih sering terjadi, lebih intens, dan berlangsung lebih lama,” kata Rebecca Emerton, seorang ilmuwan iklim di Copernicus Climate Change Service yang didanai oleh Uni Eropa dan tidak terlibat dalam penelitian ini, kepada Euronews Health.