Rabu 28 Aug 2024 06:43 WIB

Dekarbonisasi Buka Lapangan Pekerjaan Baru, SDM Hijau Perlu Disiapkan

Sekolah vokasi dengan jurusan teknik bangunan dapat mempelajari konsep bangunan hijau

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Petugas memeriksa panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (1/8/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Petugas memeriksa panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (1/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekarbonisasi sistem energi menuju net zero emission (NZE) akan menciptakan peluang kerja dan lapangan pekerjaan yang luas, khususnya bagi generasi muda. Berdasarkan kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) berjudul “Deep Decarbonization of Indonesia’s Energy System”, diperkirakan jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta di sektor kelistrikan dapat mencapai hingga 3,2 juta lapangan pekerjaan pada 2050.

Jumlah lapangan pekerjaan ini akan bertambah jika strategi dekarbonisasi sistem energi secara komprehensif diterapkan. Dalam pernyataannya pada Selasa (27/8/2024), IESR menilai potensi terciptanya lapangan pekerjaan baru ini memerlukan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus yang dibutuhkan.

Baca Juga

Untuk itu diperlukan dukungan kebijakan yang strategis untuk mendorong pelatihan vokasi dan perguruan tinggi, sehingga transisi energi mampu menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyoroti fenomena tingginya tingkat pengangguran terbuka yang didominasi oleh Gen Z (kelompok umur 15-24 tahun). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di kelompok umur Gen Z mencapai 3,5 juta jiwa dari total 7,2 juta pengangguran terbuka per Februari 2024. Ia menekankan, lapangan pekerjaan tercipta dari proses transisi energi akan membutuhkan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, mempunyai keahlian, dan sertifikasi khusus.

“Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di era transisi energi, peran lembaga pendidikan, seperti sekolah vokasi, sekolah tinggi, dan universitas, menjadi penting," kata Fabby pada Webinar "Road to Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD): Menakar Kesiapan Sumber Daya Manusia Indonesia dalam Proses Transisi Energi."

Ia mengatakan, SMK jurusan otomotif kendaraan ringan dapat mulai beralih untuk mempelajari industri kendaraan listrik, dan sekolah vokasi dengan jurusan teknik bangunan dapat mempelajari konsep bangunan hijau (green building).

Fabby mengatakan dibutuhkan puluhan ribu teknisi terampil untuk memasang PLTS dengan standar yang tinggi dalam beberapa tahun mendatang. Ia juga berharap pemerintah mendorong dan memfasilitasi  program studi baru yang berbasis pada kebutuhan-kebutuhan keahlian untuk mendukung transisi energi, yang saat ini masih sangat terbatas di Indonesia.

Lima strategi (halaman berikutnya)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement