Jumat 30 Aug 2024 11:01 WIB

Karhutla Kanada Jadi Ancaman Baru bagi Iklim Global

Emisi karbon karhutla Kanada sangat besar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Seorang petugas pemadam kebakaran mengarahkan air ke api rumput yang membakar di areal belakang properti perumahan di Kamloops, British Columbia, Kanada, pada Senin, 5 Juni 2023.
Foto: Darryl Dyck/The Canadian Press via AP
Seorang petugas pemadam kebakaran mengarahkan air ke api rumput yang membakar di areal belakang properti perumahan di Kamloops, British Columbia, Kanada, pada Senin, 5 Juni 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian menemukan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menghanguskan banyak hutan di Kanada tahun lalu melepaskan lebih banyak gas rumah kaca dibandingkan negara-negara penghasil emisi terbesar di dunia. Temuan ini mempertanyakan anggaran emisi nasional yang mengandalkan hutan sebagai penyimpan karbon.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature, Rabu (28/8/2024), para peneliti mengungkapkan karhutla Kanada tahun lalu melepaskan 647 megaton karbon. Lebih banyak dibandingkan emisi nasional tujuh penghasil emisi terbesar tahun 2022 termasuk Jerman, Jepang dan Rusia.  

Hanya Cina, India dan Amerika Serikat (AS) yang melepaskan lebih banyak karbon emisi selama periode itu. Bila masuk dalam peringkat negara-negara penghasil emisi terbesar di dunia, maka karhutla Kanada akan berada di urutan empat.

Dalam satu dekade rentang emisi yang dilepaskan karhutla Kanada antara 29 sampai 121 megaton. Tapi perubahan iklim yang didorong pembakaran bahan bakar fosil membuat kondisi hutan lebih kering dan panas, sehingga kebakaran lebih mudah terjadi.

Karhutla taun 2023 membakar 15 juta hektare lahan di seluruh Kanada atau sekitar 4 persen hutannya.  Temuan ini menambah kekhawatiran pada ketergantungan pada hutan dunia sebagai penyerap emisi karbon industri. Sebab karhutla menambah emisi yang naik ke atmosfer.

Kekhawatirannya adalah anggaran karbon dunia atau estimasi jumlah gas rumah kaca dunia yang dapat terus dilepaskan sambil menahan suhu bumi tidak melewati 1,5 dejarat Celsius dari masa pra-industri, berdasarkan penghitungan yang tidak akurat.

"Bila tujuan kita adalah membatasi jumlah karbon dioksida di atmosfer, kita perlu beradaptasi pada berapa banyak karbon yang dapat dikeluarkan perekonomian kita, yang sesuai dengan berapa banyak karbon yang terserap atau tidak terserap hutan," kata penulis utama penelitian ini dan ilmuwan atmosfer di Jet Propulsion Laboratory NASA, Brendan Byrne, Kamis (29/8/2024).

Penelitian mengungkapkan suhu abnormal yang dialami Kanada pada tahun 2023 diproyeksikan akan semakin sering terjadi pada tahun 2050-an. Kemungkinan akan memicu kebakaran besar pada 347 juta hektar hutan yang Kanada andalkan sebagai penyimpan karbon.

Kanada tidak menghitung karhutla dan karbon yang dilepaskannya dalam inventori emisi gas rumah kaca tahunan. Berdasarkan Strategi Kontribusi Nasional tahun 2021, Kanada hanya menghitung karbon yang berasal dari aktivitas manusia seperti industri dan tidak menghitungnya bila berasal dari gangguan alam seperti wabah serangga atau karhutla.

“Atmosfer hanya melihat karbon meningkat, tidak peduli bagaimana kita mengatur sistem penghitungan kita,” kata Byrne.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement