REPUBLIKA.CO.ID, FUNAFUTI -- Presiden Bank Dunia Ajay Banga mengatakan anak-anak muda harus mendapat pelatihan untuk membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim. Hal ini disampaikan Banga saat berkunjung ke negara di Kepulauan Pasifik yang dihuni 11 ribu orang dan salah satu negara yang paling terdampak perubahan iklim.
Tidak lama setelah menjabat sebagai Presiden Bank Dunia bulan Juni lalu, Banga memperluas kewenangan Bank Dunia untuk pertama kalinya dalam 80 tahun. Bank Dunia memasukkan perubahan iklim bagian dari upaya pengentasan kemiskinan di bumi yang dapat dihuni.
Dalam kunjungan itu, Banga bertemu dengan anak-anak muda Tuvalu yang mengatakan pindah merupakan "rencana B." Ia mengatakan visi Bank Dunia untuk bumi yang dapat dihuni lebih luas dibandingkan infrastruktur.
"Ini juga tentang infrastruktur manusia, mengapa mereka tidak memiliki pendidikan dan layanan kesehatan saat mereka tumbuh? Ini bukan masalah bertahan hidup, ini masalah kualitas hidup," kata Banga, akhir pekan lalu.
Banga mengataka ia ingin Bank Dunia bergerak lebih cepat, berefokus pada dampak, dan berbagi pengetahuan dengan Kepulauan Pasifik dan menciptakan lapangan kerja bagi anak muda. Di Tuvalu, katanya, hal ini artinya berinvestasi pada lembaga-lembaga keterampilan bagi anak muda yang berimigrasi untuk menjadi perawat atau tukang pipa di negara lain.
Wakil Presiden Dewan Anak Muda Nasional Tuvalu, Talua Nivaga mengatakan mobilitas iklim bukan berarti mereka harus memindahkan masyarakat. "Apa yang kami advokasi adalah jalan yang jelas bagi masyarakat untuk pindah ketika skenario terburuk terjadi," katanya.
Ia membahas keterampilan yang dibutuhkan imigran iklim dengan Banga. "Keterampilan harus dipertahankan di Tuvalu dan pertama-tama harus digunakan untuk kepentingan bagi rakyat kami," katanya.
Sejak menjabat tahun lalu, Banga sudah berkunjung ke semua wilayah Bank Dunia beroperasi. Tuvalu merupakan negara terakhir yang ia kunjungi.
Pada bulan Desember tahun lalu, Bank Dunia mengatakan mereka akan mengalokasikan 45 persen dari pembiayaan tahunannya untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada tahun 2025. Banga mengatakan di Kepulauan Pasifik, tujuan tersebut telah tercapai.
Banga akan menggunakan Sidang Umum PBB di New York bulan ini untuk menyoroti reformasi di Bank Dunia dan mendesak negara-negara kaya untuk menambah dana bagi Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA) yang mendukung negara-negara termiskin, termasuk banyak negara di Kepulauan Pasifik.
Wakil Perdana Menteri Tuvalu, Panapasi Nelesoni, mengatakan genangan air akibat kenaikan permukaan laut mempersulit penanaman sayuran untuk makanan, sehingga memperparah masalah kesehatan.
“Dana IDA sangat penting karena merupakan dana hibah yang diberikan kepada kami. Saat ini sulit bagi kami untuk meminjam uang dan kami ingin melihat kelanjutan dari bantuan tersebut dari negara-negara kaya, mengingat masalah yang kami hadapi dengan perubahan iklim,” katanya.