REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Ratusan petani di seluruh Australia memprotes kebijakan pertanian pemerintah. Mereka mengatakan kebijakan yang dipengaruhi aktivis kesejahteraan hewan itu merugikan mata pencarian mereka.
Australia salah satu eksportir produk pertanian terbesar di dunia. Petani-petani di Negeri Kanguru marah karena pemerintah menerapkan kebijakan melarang ekspor domba hidup, membatasi penggunaan air, dan mempercepat pembangunan pembangkit listrik dan transmisi energi terbarukan di daerah-daerah pedesaan.
"Kami pantas dihormati, ada suara alternatif yang bersatu melawan kami, kami merasa seharusnya bukan mereka menetapkan kebijakan," kata Presiden Federasi Petani Nasional (NFF) Australia David Jochinke di hadapan massa di depan gedung parlemen federal di Canberra, Selasa (10/9/2024). "Kami merasa tertipu," katanya.
Pemerintah tidak mengirim perwakilan untuk menemui para petani. Di stasiun televisi Australian Broadcasting Corporation (ABC), Menteri Pertanian Australia Julie Collins mengatakan pemerintah berkomitmen untuk mendengarkan dan membantu petani memperluas akses pasar keluar negeri dan berinvestasi pada biosekuriti.
NFF mengatakan lebih dari 2.000 orang menghadiri aksi protes yang merupakan demonstrasi petani nasional Australia pertama sejak tahun 1980-an. Unjuk rasa ini bagian dari gelombang protes di Eropa dan wilayah-wilayah yang menolak regulasi lingkungan pemerintah yang dianggap membebani petani dengan birokasi, biaya produksi yang lebih tinggi, dan membatasi kemampuan mereka untuk bertani. "Pesan kami jelas: bicara dengan kami," kata Jochinke.
Australia akan menggelar pemilihan federal bulan Mei tahun depan. Pemimpin kelompok lobi industri pertanian mengatakan mereka akan menyingkirkan pemerintah Partai Buruh dengan menggalang dana dan mengincar kursi-kursi marjinal.
Di aksi protes petani tersebut, Ketua Oposisi Peter Dutton mengatakan ia akan mencabut larangan ekspor domba hidup. Juru bicara pertanian dari partai oposisi mengatakan Dutton akan menolak pembatasan penggunaan air. "Kami mendukung anda," kata Dutton.
Berkat curah hujan yang melimpah petani Australia menikmati produksi melimpah selama beberapa tahun terakhir, tetapi pesimisme masih tersebar luas. "Di bawah pemerintahan ini, tidak ada masa depan bagi pertanian di Australia, itu tidak benar," kata peternak berusia 32 tahun dari New South Wales Will Croker.