Selasa 17 Sep 2024 17:00 WIB

Pertamina Patra Niaga Terus Kembangkan Avtur Ramah Lingkungan

Industri penerbangan menyumbang 2-3 persen emisi CO2 global.

Petugas mengisi bahan bakar avtur ke pesawat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (5/4/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Petugas mengisi bahan bakar avtur ke pesawat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (5/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), memperkuat komitmen dalam penyediaan avtur ramah lingkungan dengan mengikuti ajang Asia Pacific Air Transport Forum 2024 di Nusa Dua, Bali, Selasa. Dalam forum internasional tersebut, Pertamina Patra Niaga mendukung inovasi avtur ramah lingkungan yang sudah teruji kualitasnya.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan, sektor penerbangan memegang peranan penting dalam menghubungkan satu daerah dengan daerah lain. Pertamina mendukung operasional penerbangan Indonesia dengan penyediaan avtur melalui 72 depot pengisian pesawat udara (DPPU) dan 5 kilang pengolahan.

Baca Juga

Riva melanjutkan Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan bisa dimanfaatkan untuk pengembangan avtur berkelanjutan, yaitu Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur. "Indonesia diberkahi dengan dengan sumber daya alam (SDA) yang melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong keberlanjutan, termasuk bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF)," katanya, Selasa (17/9/2024).

Pertamina telah lama menyadari pentingnya dekarbonisasi dalam sektor penerbangan. Menurut Riva, industri penerbangan menyumbang 2-3 persen emisi CO2 global. Oleh karena itu, pengembangan bahan bakar berkelanjutan seperti SAF menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Sejak 2010, tambahnya, Pertamina menjadi yang terdepan dalam melakukan inovasi bahan bakar ramah lingkungan. "Sejak 2010, Pertamina telah menjadi yang terdepan dalam inovasi biofuel. Fokus awal kami pada pengembangan teknologi hydrotreated vegetable oil (HVO) menandai langkah awal yang penting dalam mengurangi emisi pada mesin diesel," ujar Riva.

Inovasi bahan bakar ramah lingkungan yang dilakukan Pertamina berlanjut demi mencapai target nol emisi (net zero emission/NZE) pada 2060. Selanjutnya, pada 2021, Pertamina melakukan terobosan dengan uji coba SAF pada pesawat militer dan pada 2023 diperluas ke pesawat komersial.

"Ajang Bali International Airshow ini menjadi awal bagi kami untuk lakukan komersialisasi Pertamina SAF. Sumber bahan baku kami yang beragam sangat penting untuk skalabilitas produksi SAF. Kami telah menjajaki berbagai sumber," tutur Riva.

Pertamina menggunakan campuran minyak nabati dan used cooking oil (UCO) untuk diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Selain itu, pengembangan strategis kilang biofuel Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah, dan Dumai, Riau, menjadi kunci untuk mencapai skala ekonomis dalam produksi SAF.

SAF yang disediakan Pertamina Patra Niaga juga memenuhi standar global seperti CORSIA oleh International Civil Aviation Organization (ICAO), RefuelEU/Fit55 oleh Uni Eropa, Perdagangan Emisi UE/Inggris Raya, serta Tax Credit IRA USA.

"Inisiatif SAF kami lebih dari sekadar tonggak sejarah. Ini adalah komitmen dari Pertamina untuk memberi energi pada setiap perjalanan menuju penerbangan yang lebih efisien dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pertamina siap memberikan solusi energi yang lebih ramah lingkungan dan menjadi mitra dekarbonisasi dalam industri penerbangan," kata Riva.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement