Kamis 19 Sep 2024 13:19 WIB

Uni Eropa Peringatkan Bencana terkait Iklim akan Semakin Rutin

Kebakaran hutan di utara Portugal menewaskan sedikitnya enam orang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Prancis mengalami kebakaran hutan hebat seiring dengan kekeringan dan gelombang panas yang melanda banyak tempat di Benua Eropa.
Foto: AP/Philippe Lopez/Pool AFP
Prancis mengalami kebakaran hutan hebat seiring dengan kekeringan dan gelombang panas yang melanda banyak tempat di Benua Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa mengatakan banjir besar yang melanda sebagian besar Eropa Tengah dan kebakaran hutan mematikan di Portugal merupakan bukti nyata dari kerusakan iklim. Uni Eropa menambahkan bencana-bencana ini akan semakin sering terjadi bila tidak ada tindakan drastis yang diambil.  

"Jangan salah paham, tragedi ini bukan anomali, dengan cepat ini akan menjadi norma di masa depan kita bersama," kata Komisioner Manajemen Krisis Uni Eropa Janez Lenarcic, Rabu (18/9/2024).

Pada Selasa (17/9/2024), sebagian besar Eropa Tengah terendam banjir yang merenggut nyawa dan menghancurkan rumah-rumah. Di ujung blok 27 negara anggota, kebakaran hutan di utara Portugal menewaskan sedikitnya enam orang.

"Eropa merupakan benua yang paling cepat menghangat dan paling rentan pada peristiwa cuaca ekstrem seperti yang sedang kami diskusikan, kami tidak bisa kembali untuk ke masa lalu yang lebih aman," kata Lenarcic pada anggota parlemen Uni Eropa di Strasbourg, Prancis.

Ia memperingatkan selain menelan korban jiwa bencana terkait iklim juga menambah beban keuangan negara karena tingginya biaya rekonstruksasi dan luasnya area yang membutuhkan pemulihan.

"Rata-rata kerugian akibat bencana pada tahun 1980-an adalah 8 miliar euro per tahun, baru-baru ini di tahun 2021 dan 2022, kerugian mencapai 50 miliar euro per tahun, artinya biaya tanpa tindakan lebih tinggi dari biaya dengan tindakan," kata Lenarcic.

Ketua Green Group di Parlemen Eropa Terry Reintke mengatakan kerugian bencana alam di Uni Eropa sejak 1980-an diperkirakan 650 miliar dolar AS.

Uni Eropa kesulitan mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan menghadapi perlawanan politik di banyak negara anggota. “Keberhasilan kami tergantung pada bagaimana kami mengatasi perubahan iklim bersama-sama untuk mengurangi emisi," kata Reintke. Ia menambahkan negara anggota Uni Eropa harus kembali ke Green Deal.

Target Uni Eropa untuk nol-emisi tahun 2050 mendapat perlawanan dari kritikus yang menilai target itu tidak realistis dan terlalu mahal. Partai-partai populasi dan kanan menyerang institusi-institusi Uni Eropa dengan poin-poin tersebut.

Lenarcic mengatakan masyarakat hanya perlu mengikuti berita harian untuk memahami gentingnya masalah ini.  "Kami menghadapi Eropa yang mengalami kebakaran hutan dan banjir di saat bersamaan, peristiwa-peristiwa alam ekstrem ini, kini semakin menjadi peristiwa tahunan, realitas global dari kerusakan iklim telah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Eropa," katanya.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement