Jumat 20 Sep 2024 09:51 WIB

Robi Navicula Soroti Pentingnya Mangrove untuk Kehidupan

Mangrove dapat menjaga kualitas tanah, air, dan udara, tetap baik.

Rep: Bayu Adji P / Red: Satria K Yudha
Aktivis lingkungan sekaligus gitaris band Navicula, Gede Robi, saat diwawancara di kawasan hutan mangrove Pemogan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, Kamis (19/9/2024).
Foto: Bayu Adji P
Aktivis lingkungan sekaligus gitaris band Navicula, Gede Robi, saat diwawancara di kawasan hutan mangrove Pemogan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, Kamis (19/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Musisi sekaligus aktivis lingkungan Gede Robi menyoroti pentingnya keberadaan mangrove dalam kehidupan manusia. Menurut dia, mangrove tak hanya menjadi habitat dari berbagai satwa liar, melainkan juga menjaga kehidupan manusia dari bencana.

Vokalis dan gitaris kelompok musik Navicula itu menilai, keberadaan mangrove sangat bermanfaat untuk lingkungan. Pasalnya, mangrove dapat menjaga kualitas tanah, air, dan udara, tetap baik. Selain itu, mangrove yang juga disebut hutan bakau juga berguna untuk mempertahankan karnegaragaman hayati yang ada, mengingat mangrove itu tempat ikan berkumpul. 

"Jadi peran mangrove benar-benar vital. Karena itu akan berpengaruh pada populasi ikan di luar, di laut sana," kata dia di hutan konservasi mangrove Pemogan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, Kamis (19/9/2024).

Robi menilai, banyak kerugian apabila mangrove tidak ada. Dampak dari hutan bakau yang rusak juga pasti akan dirasakan manusia, seperti kesulitan mencari ikan hingga terancam bencana abrasi hingga gelombang tinggi.

Ia menjelaskan, regulasi telah mengatur bahwa 30 persen dari sebuah daerah harus merupakan ruang terbuka hijau. Hal itu diatur agar setiap daerah tetap memiliki tempat untuk pelestarian lingkungan, termasuk di Bali. Karena itu, aktivitas penanaman mangrove diperlukan untuk menjaga agar kebutuhan kawasan hijau tetap ada.

"Jadi ya kenapa diperlukan? Ya untuk membuat situasi kondisi menjadi ideal," kata dia.

Ia menjelaskan, bencana banjir atau tanah longsor yang terjadi pada dasarnya adalah akibat kurangnya ruang terbuka hijau. Alhasil, daya dukung lingkungan yang ada tak bisa menahan laju pembangunan. 

"Jadi kalau aku pikir di mana terjadi pelanggaran hukum, pelanggaran undang-undang atau pelanggaran apa namanya kesepakatan terhadap lingkungan, di situ pasti akan terjadi bencana," kata dia.

Karena itu, Robi mengapresiasi aksi menanam bibit mangrove yang dilakukan oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation atau BLDF. Apalagi, kegiatan yang dilaksanakan di hutan konservasi mangrove Pemogan itu juga melibatkan puluhan mahasiswa.

Diketahui, BLDF melibatkan sebanyak 46 mahasiswa untuk menanam 5.000 bibit mangrove di kawasan itu. Selain melibatkan mahasiswa, BLDF juga bekerja sama dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Simbar Segara untuk merawat mangrove yang telah ditanam agar tumbuh sempurna. 

Robi menilai, generasi muda adalah kaum yang saat ini paling terdampak dari kerusakan lingkungan yang ada. Untuk itu, generasi muda harusnya menjadi yang pertama untuk melakukan pergerakan menjaga kelestarian lingkungan. 

"Jadi mau tidak mau aku pikir, seharusnya yang paling khawatir dan beraksi harus anak muda yang pertama," kata dia.

Menurut dia, generasi muda harus menjadi kaum yang pintar. Tak hanya pintar, generasi muda juga harus peduli dengan lingkungan. 

Pintar dan peduli itu menjadi syarat utama agar bisa menjaga kehidupan tetap lestari. Pasalnya, saat ini banyak orang pintar juga tidak peduli. Sementara itu, banyak juga orang peduli, tapi kekurangan informasi. 

"Jadi aku pikir jadi pintar dan jadi peduli. Nanti dari situ kalau udah jadi pintar jadi peduli pasti pilihan-pilihan hidup apapun yang mereka lakukan pasti yang akan ideal pada kondisi ini," kata dia.

Selain itu, generasi muda harus dapat memengaruhi pengambil kebijakan, dalam hal ini pemerintah, untuk lebih peduli dengan lingkungan. Dengan suara generasi muda yang besar, bukan tidak mungkin mereka secara tidak langsung dapat memengaruhi pembuat kebijakan.

"Peran anak muda di sini secara tidak langsung menentukan adalah 55 persen pemilih pemerintah kita sekarang ini adalah anak muda. Jadi mereka harusnya memilih yang bisa melindungi masa depannya mereka. Maksudnya memilih pemimpin yang pro pada lingkungan, memilih pemimpin yang tidak merusak lingkungan," kata dia.

Karena itu, generasi muda dinilai perlu melek dengan dunia politik. Apabila generasi muda sudah tak peduli politik, dampaknya akan terasa kepada kehidupan mereka sendiri. 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement