Ahad 22 Sep 2024 16:15 WIB

Dompet Dhuafa Dorong Kesiapsiagaan dan Adaptasi Perubahan Iklim di Masyarakat

Perubahan iklim bukan hanya soal suhu meningkat, tapi menyangkut ketahanan pangan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Perubahan iklim (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Dalam upaya menjaga lapisan ozon dan mengatasi dampak perubahan iklim, Dompet Dhuafa terus berkomitmen dalam menjalankan peran pentingnya. Manager Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa Ahmad Baikhaki menekankan salah satu upaya penting adalah menghindari kerusakan pada lapisan ozon yang dapat memperburuk efek gas-gas berbahaya seperti CO2.

"Dalam menghadapi perubahan iklim, kita harus menjaga agar lapisan ozon tidak bocor. Gas-gas seperti CO2 sangat berpotensi merusak lapisan tersebut, dan kita harus terus berupaya untuk menghindarinya," kata Baikhaki di sela diskusi Lindungi Ozon, Kurangi Perubahan Iklim, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Baikhaki menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim, khususnya terkait ancaman radiasi sinar UV yang dapat merusak kulit dan mengancam ketahanan pangan. Ia menyoroti betapa pentingnya kesadaran terhadap lapisan ozon, yang jika tidak dijaga, dapat mempengaruhi sektor pertanian secara signifikan.

"Perubahan iklim bukan hanya soal suhu yang meningkat atau cuaca yang tidak menentu. Ini juga menyangkut ketahanan pangan kita. Jika lapisan ozon rusak, tanaman akan gagal panen, kesehatan masyarakat terganggu, dan krisis ekonomi serta air dan lain sebagainya," ungkapnya.

Baikhaki menjelaskan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim telah menjadi prioritas DMC Dompet Dhuafa dalam mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi situasi darurat, khususnya di daerah-daerah yang rentan terhadap bencana alam. Salah satu contohnya adalah bagaimana masyarakat di wilayah Baduy mampu menjaga lumbung pangan tradisional mereka.

"Kami sangat memperhatikan kebencanaan dan salah satu strategi kami adalah mempersiapkan masyarakat agar tetap tangguh. Masyarakat Baduy, misalnya, telah lama menjaga lumbung pangan mereka sebagai bentuk ketahanan pangan, dan itu adalah sesuatu yang ingin kami lindungi," ujar Baikhaki.

Baikhaki juga menyoroti pentingnya sosialisasi kepada masyarakat terkait isu-isu perubahan iklim. Ia mengungkapkan DMC Dompet Dhuafa berusaha keras agar masyarakat tidak hanya memahami dampaknya, tetapi juga mampu beradaptasi dengan situasi yang terus berubah.

"Salah satu mimpi kami adalah memastikan masyarakat tidak terpaksa harus pindah dari tempat tinggal mereka. Kami mendorong mitigasi adaptasi, karena kita harus menghormati hak masyarakat untuk tetap tinggal di tempat yang mereka sebut rumah, yang merupakan warisan nenek moyang mereka," tambahnya.

Baikhaki juga menekankan betapa krusialnya membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat, terutama dalam memberikan pemahaman mengenai ancaman nyata yang dihadapi akibat perubahan iklim. Dalam pengalamannya di lapangan, Baikhaki sering menemukan bahwa masyarakat seringkali baru menyadari dampak perubahan iklim ketika masalah besar seperti gagal panen atau krisis air terjadi.

"Perubahan iklim bukan hanya soal cuaca panas. Dampak besar seperti gagal panen, krisis air, hingga krisis ekonomi seringkali menjadi kenyataan yang menyakitkan bagi masyarakat. Kami di DMC selalu berusaha mengingatkan bahwa semua ini perlu kita antisipasi dan persiapkan dengan baik," kata Baikhaki.

Tantangan yang dihadapi Ahmad dan tim DMC semakin besar ketika berbicara tentang masyarakat yang tinggal di pesisir utara Jawa (Pantura), khususnya di Demak. Daerah tersebut mengalami dampak besar akibat proyek strategis nasional (PSN) yang menyebabkan akses masyarakat terhadap lahan pertanian hilang.

"Di Demak, kami melihat masyarakat yang kehilangan akses terhadap lahan pertanian karena tenggelam. Kami mendorong pemerintah agar tidak melanjutkan proyek-proyek yang dapat merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Banyak dari mereka yang sekarang kehilangan sumber mata pencaharian dan dipersulit akses pelayanan oleh pemerintah," kata Baikhaki.

Selain itu, ia juga mengkhawatirkan berkurangnya jumlah petani di Jawa Barat dan wilayah sekitarnya, di mana banyak petani beralih profesi menjadi buruh atau nelayan yang kurang produktif.

"Petani-petani yang dulunya handal kini berubah menjadi buruh atau nelayan kecil. Ini adalah realitas yang sangat sulit diubah, namun kami terus mencari solusi dengan memberikan pelatihan budidaya, seperti kerang darat, sebagai alternatif mata pencaharian," jelasnya.

Baikhaki dan timnya juga berfokus pada upaya revitalisasi wilayah mangrove di sepanjang Pantura. Menurutnya, lahan mangrove yang subur adalah kunci untuk memastikan keberlanjutan ekosistem dan mata pencaharian masyarakat pesisir di masa depan.

"Kami mencari wilayah-wilayah yang masih bisa direvitalisasi, termasuk mengembangkan lahan mangrove. Mangrove bukan hanya menjadi solusi ekologi, tetapi juga ekonomi bagi masyarakat," tutupnya.

Dengan pendekatan berbasis komunitas dan fokus pada penguatan ketahanan masyarakat, Baikhaki dan tim DMC Dompet Dhuafa terus berupaya mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, sembari mempersiapkan masyarakat untuk masa depan yang lebih tangguh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement