Senin 30 Sep 2024 18:04 WIB

Inggris Negara G7 Pertama yang Bebas PLTU

Inggris mengakhiri 140 tahun penggunaan batu bara sebagai sumber listrik.

Rep: Lintar Satria/Reuters/ Red: Indira Rezkisari
Tambang Batu Bara (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Tambang Batu Bara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan menjadi negara Group of Seven yang menghentikan produksi pembangkit listrik tenaga batu bara PLTU. Setelah PLTU terakhir perusahaan utilitas Uniper di Midlands ditutup.

Penghentian operasi PLTU ini juga akan mengakhiri 140 tahun penggunaan batu bara sebagai sumber listrik di Inggris. Pada tahun 2015 lalu Inggris mengumumkan rencana menutup PLTU dalam satu dekade sebagai langkah untuk mencapai target-target iklim.

Baca Juga

Saat itu hampir 30 persen listrik Inggris berasal dari bahan bakar batu bara. Tapi tahun lalu negara itu berhasil menurunkannya menjadi 1 persen lebih sedikit.

"Inggris sudah membuktikan menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara dapat dilakukan dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata kepala sekretariat Powering Past Coal Alliance, Julia Skorupska, Senin (30/9/2024).

Powering Past Coal Alliance merupakan kelompok 60 pemerintah nasional yang ingin menghentikan penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Menutup PLTU membantu Inggris memangkas emisi gas rumah kaca hingga setengah dari sejak tahun 1990.

Inggris menargetkan mencapai nol-emisi pada tahun 2050. Negara itu juga berencana dekarbonisasi sektor kelistrikan pada tahun 2030, langkah yang membutuhkan peningkatan energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin dengan cepat.

"Era batu baru mungkin sudah berakhir, tapi era baru pekerjaan energi baik untuk negara kami baru saja dimulai," kata Menteri Energi Inggris Michael Shanks dalam pernyataan tertulisnya.

Emisi dari energi mencakup tiga perempat dari total emisi gas rumah kaca. Para ilmuwan mengatakan penggunaan bahan bakar fosil harus segera dihentikan agar negara-negara dapat mencapai target Perjanjian Paris.

Pada April lalu negara-negara industri maju yang tergabung dalam G7 sepakat untuk menghentikan penggunaan batu bara pada pada pembangkit listrik pada paruh pertama dekade mendatang. Tapi mereka juga memberi kelonggaran pada perekonomian yang masih sangat tergantung pada batu para, hal ini memicu kritikan dari kelompok-kelompok lingkungan.

"Masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk memastikan target 2035 terpenuh dan memajukannya ke 2030 terutama di Jepang, Amerika Serikat dan Jerman," kata pengamat dari Global Energy Monitor Christine Shearer.

Batu bara masih mencakup 25 persen bahan bakar listrik Jerman dan lebih dari 30 persen bahan bakar listrik Jepang. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement