Selasa 01 Oct 2024 08:14 WIB

Laut Tercemar Limbah Industri, Nelayan Jakarta Sulit Sejahtera

Laut yang tercemar mengurangi hasil tangkapan dan pendapatan nelayan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Indira Rezkisari
Tumpukan ikan hasil tangkapan sebelum dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (9/5/2024). Kalibaru merupakan kawasan pesisir yang berada di wilayah Jakarta Utara. Sebagian besar warganya merupakan nelayan, buruh angkut, pekerja pembuat asin hingga pedagang di TPI Kalibaru. Para Nelayan biasanya menghasilkan tangkapan ikan dari melaut selama 7-10 hari  dengan jumlah tangkapan sekitar 5-10 ton ikan. Setelah bersandar di TPI Kalibaru, para nelayan melakukan persiapan selamat 4 hari untuk mengisi bahan bakar, menyiapkan persedian makan hingga kebutuhan air selama melaut. Ikan yang berhasil ditangkap cukup beragam seperti ikan petek, ikan kembung, udang, cumi dan jenis ikan lainnya. Sebagian warga disana menggantungkan hidupnya dari ikan hasil tangkapan untuk dijual ke sejumlah pasar di kawasan Jakarta Utara.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tumpukan ikan hasil tangkapan sebelum dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (9/5/2024). Kalibaru merupakan kawasan pesisir yang berada di wilayah Jakarta Utara. Sebagian besar warganya merupakan nelayan, buruh angkut, pekerja pembuat asin hingga pedagang di TPI Kalibaru. Para Nelayan biasanya menghasilkan tangkapan ikan dari melaut selama 7-10 hari dengan jumlah tangkapan sekitar 5-10 ton ikan. Setelah bersandar di TPI Kalibaru, para nelayan melakukan persiapan selamat 4 hari untuk mengisi bahan bakar, menyiapkan persedian makan hingga kebutuhan air selama melaut. Ikan yang berhasil ditangkap cukup beragam seperti ikan petek, ikan kembung, udang, cumi dan jenis ikan lainnya. Sebagian warga disana menggantungkan hidupnya dari ikan hasil tangkapan untuk dijual ke sejumlah pasar di kawasan Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Jakarta Utara menggelar Musyawarah di Kampung Cilincing. Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan, mengatakan anggota KNTI yang terus bertambah di berbagai daerah.

“Saat ini, KNTI sudah ada di 68 Kabupaten/Kota, dan hari ini bertambah di Jakarta Utara. Hal ini menunjukan kesadaran nelayan untuk berorganisasi, dan bagaimana kebermanfaatan KNTI sebagai rumah bagi nelayan kecil dan tradisional," kata Dani dalam siaran pers KNTI, Senin (30/9/2024).

Baca Juga

Dani mengatakan negara seharusnya memberikan perlindungan kepada nelayan yang telah berpuluh-puluh tahun berperan penting dalam pemenuhan gizi bangsa Indonesia.

"Negara sudah seharusnya melindungi nelayan, bagaimana nelayan telah berperan penting dalam pemenuhan gizi bagi bangsa ini. Maka ke depan, KNTI Jakarta Utara harus segera mendata nelayan anggota KNTI dan kemudian mendorong pemerintah untuk memberikan perlindungan, misalnya berupa BPJS Ketenagakerjaan," kata Dani.

Dani juga mendorong agar pemerintah pusat maupun daerah mengalokasikan anggaran lebih besar untuk memberikan perlindungan sebagaimana mandat dari Undang-undang tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.

Jeni menyampaikan permasalahan yang tengah dihadapi nelayan di Jakarta Utara. Mulai dari persoalan tata ruang, hingga pencemaran laut.

"Nelayan Jakarta Utara memiliki permasalahan yang sama, sehingga harus berjuang bersama dalam organisasi milik kita bersama, yakni KNTI Jakarta Utara," kata Jeni.

Jeni mengatakan laut yang tercemar mengurangi hasil tangkapan dan pendapatan nelayan. Seperti yang dialami nelayan Jakarta Utara yang berada di sekitar kawasan industri yang masih menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah.

"Hal ini perlu segera direspons oleh pemerintah, jangan sampai dibiarkan. Kalau nelayan terus menerus tidak sejahtera, maka profesi nelayan akan musnah. Lantas siapa yang akan penuhi kebutuhan gizi bangsa, kalau bukan nelayan," kata Jeni.

Ia berharap KNTI Jakarta mampu memberikan jalan kesejahteraan bagi nelayan yang ada di Cilincing, Muara Baru, Kamal dan sekitarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement