Senin 14 Oct 2024 18:55 WIB

Ternyata, Bangkai Kapal Dapat Memperburuk Dampak Perubahan Iklim

Bangkai kapal yang masih memiliki bahan bakar dapat menimbulkan polusi serius.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Bangkai kapal sisa perang dunia kedua milik Amerika, Sammy B.
Foto: Caladan oceanik
Bangkai kapal sisa perang dunia kedua milik Amerika, Sammy B.

REPUBLIKA.CO.ID, WALES -- Semakin ekstremnya badai dan tingginya suhu permukaan air laut, membuat bangkai kapal yang masih menyimpan bahan bakar semakin cepat berkarat. Arkeolog maritim dari Royal Commission on the Ancient and Historical Monuments of Wales Julian Whitewrigh mengatakan, terdapat 10 ribu bangkai kapal di perairan Inggris. Dua pertiga identitas dan isi kargo bangkai kapal-kapal ini masih misteri.

Bangkai kapal yang masih memiliki bahan bakar dapat menimbulkan masalah polusi serius karena besi-besi yang berkarat. Whitewrigh mengatakan masalah yang ditimbulkan dari bangkai-bangkai ini setara dengan kapal tanker minyak yang kandas.

Selain merusak lingkungan, habitat satwa dan mencemari perairan, minyak yang tumpah juga sulit dibersihkan. "Ketika membayangkan perubahan iklim, kita kerap membayangkan mencairnya lapisan es dan kenaikan permukaan laut, tapi konsekuensi dari semua itu, badai yang kita alami tahun ini tembus rekor," kata Whitewrigh seperti dikutip dari BBC, Senin (14/10/2024).

Ia mengatakan hal ini berdampak pada pesisir, mengupas pasir pantai dan menyebabkan erosi yang akhirnya mengakibatkan longsor di laut, pergeseran saluran sungai dan banjir yang lebih sering. Whitewrigh menjelaskan saat lautan menghangat spesies bermigrasi.

Bila yang berimigrasi organisme pemakan atau melubangi kayu maka bangkai kapal semakin cepat rusak. "Maka akan terjadi proses pengasaman lautan (lautan menyerap lebih banyak karbon dioksida dari atmosfer dalam jumlah melimpah) sedikit perubahan Ph (seberapa asam atau basa suatu larutan) dapat menyebabkan logam, misalnya, terurai pada tingkat yang lebih tinggi," katanya.

Whitewrigh mengatakan setiap bangkai kapal berbeda-beda. Terkadang masih ada tulang belulang manusia di dalamnya. "Ketika salah satu situs itu hancur, maka itu saja, hilang selamanya, anda tidak bisa menyusun kembali bangkai kapal," kata Whitewrigh.

Ia mengatakan banyak bangkai kapal di Welsh berasal dari Perang Dunia I dan II. Beberapa membawa batu bara dan minyak. Whitewrigh mengatakan kehancuran bangkai kapal dapat menyebabkan degradasi struktural lingkungan yang parah. "Akibatnya setara dengan kandasnya kapal tanker minyak yang menumpahkan minyak," kata Whitewrigh.

Ia mengatakan untuk memitigasi risiko lingkungan ini, maka peneliti harus mengetahui bahan bakar dan isi kapal. Tapi tidak semua bangkai kapal diketahui identitasnya. Peneliti Bangor University Michael Roberts yang mengelola proyek survei kelautan terkejut dengan kurangnya identifikasi bangkai-bangkai kapal.

“Tidak ada yang membicarakannya - tidak terlihat, tidak terpikirkan, saya rasa semua orang tidak menyadari bahwa kita tidak tahu apa yang ada di sana," katanya.

Data identitas bangkai kapal terbatas, sehingga ketika Robert dan timnya melakukan survei, mereka sering menemukan bangkai kapal baru atau identifikasi sebelumnya salah. Robert mengatakan banyak data identitas bangkai kapal yang salah.

Ia mengatakan sepertiga bangkai kapal tidak diketahui namanya, sepertiganya lagi salah dan sepertiganya lagi benar. Tapi tidak tahu mana saja nama bangkai kapal yang diidentifikasi dengan benar. “Sampai Anda mensurvei semuanya, Anda tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang sebenarnya," katanya.

Roberts dan timnya melakuka survei 650 situs bangkai kapal yang tercatat di Inggris. Ia mengatakan sudah menservei semua bangkai kapal di Wales dan satu lusin di Pembrokeshire. Ia menambahkan jika berhasil mensurvei semuanya maka Wales akan menjadi negara pertama di dunia yang menginventarisasi seluruh warisan maritimnya. Tapi ia tidak memiliki dana untuk melakukan itu.

Robert mengatakan survei perlu dilakukan dengan kapal yang hemat biaya yang dapat bertahan selama beberapa hari dan memiliki sistem sonar terbaru di dalamnya.

“Dalam waktu 40 atau 50 tahun lagi, bangkai-bangkai kapal ini akan menjadi gumpalan-gumpalan material yang tidak dapat dibedakan di dasar laut. Mereka runtuh sekarang, waktu terus berjalan," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement