Senin 28 Oct 2024 18:43 WIB

Ilmuwan Temukan Banyak Spesies Baru di Kolombia

Jumlah spesies baru yang ditemukan mengalami peningkatan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
 Seorang ilmuwan memegang katak Atelopus marinkellei yang ditangkap selama ekspedisi Institut Humboldt, di Villa de Leyva, Kolombia, 11 Oktober 2024.
Foto: REUTERS/Luisa Gonzalez
Seorang ilmuwan memegang katak Atelopus marinkellei yang ditangkap selama ekspedisi Institut Humboldt, di Villa de Leyva, Kolombia, 11 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Keanekaragaman hayati tumbuh subur di hutan hujan dan dataran tinggi Kolombia yang dilanda konflik bersenjata selama lima dekade terakhir. Sejak Pemerintah Kolombia mencapai kesepakatan damai dengan sebagian besar Pasukan Revolusi Bersenjata Kolombia (FARC) pada 2016, para ilmuwan menemukan berbagai flora dan fauna mulai dari anggrek berwarna cerah sampai katak belang harimau.

Kesepakatan itu membuka akses ke sebagian besar wilayah Kolombia yang sebelumnya dilanda konflik. Perdamaian ternyata memberi banyak manfaat bagi penelitian. Pakar botani Perez-Escobar mengatakan jumlah spesies flora baru yang ditemukan ilmuwan di Kolombia naik tiga kali lipat setelah kesepakatan damai tercapai.

Walaupun kesepakatan dengan FARC tidak mengakhiri konflik di Kolombia, namun membuka akses bagi ilmuwan untuk berkunjung ke daerah yang sebelumnya dilanda konflik. Kekerasan masih berlangsung dan kelompok pecahan FARC yang menolak kesepakatan damai dan kelompok penjahat bersenjata masih menjadi ancaman bagi para ilmuwan.

Tahun lalu, deforestasi Kolombia terendah dalam 23 tahun terakhir. Tapi kembali naik kembali pada tahun 2024 karena penebangan ilegal, penambangan, pembangunan jalanan dan kekeringan yang memicu kebakaran menghancurkan sebagian hutan.

Kolombia juga negara paling berbahaya bagi aktivis lingkungan. Menurut lembaga non-profit Global Witness, tahun lalu 79 aktivis lingkungan dibunuh di Kolombia. Analisa terhadap 14 ribu tanaman Kolombia yang tercatat di Royal Botanic Gardens, Kew di Inggris, menunjukkan sejak kesepakatan damai rata-rata para peneliti mempublikasikan 178 temuan baru. Jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum kesepakatan damai yang hanya 58 temuan.

Analisa yang belum melalui tinjauan sejawat ini juga memperhitungkan ketidakseimbangan jumlah spesies yang ditemukan antara setelah 2016 dengan abad-abad sebelumnya. Analisa menemukan publikasi temuan baru melonjak drastis setelah kesepakatan damai.

Namun menurut Perez-Escobar, hal ini tidak membuktikan kesepakatan damai yang mendorong lonjakan publikasi temuan ilmiah. Ia mengenang ekspedisi pertamanya setelah kesepakatan damai tercapai.

Perez-Escobar melakukan perjalanan bersama ilmuwan dari 16 negara, menelusuri ekosistem di pegunungan Kolombia yang dijaga tentara sampai tahun 2018.   "Saya sangat bersemangat tapi juga gugup, semangat dengan prospek spesies yang akan ditemukan tapi juga gugup karena bahaya yang mungkin ditimbulkan," kata peneliti Kew Gardens di Inggris itu, Senin (28/10/2024).

Ekspedisi itu bagian dari gelombang penelitian keanekaragaman hayati di daerah-daerah bekas pemberontak di Kolombia. Sebelum kesepakatan damai tercapai ilmuwan menghindari daerah itu karena risiko kematian atau diculik FARC.

Saat berjalan menelusuri garis pepohonan pegunungan Paramo, Perez-Escobar menemukan bunga kecil berwarna kuning dan coklat yang ternyata spesies anggrek yang baru ditemukan. Paramo adalah padang rumput Alpen yang sangat lembab, dingin, dan sering berkabut di dataran tinggi Andes.

Sejak saat itu, Perez-Escobar yang bekerja sama dengan organisasi lokal, membantu mengidentifikasi dua tanaman berbunga baru di hutan awan. Tahun lalu ia menemukan anggrek polimorfik pertama yang diketahui dalam genusnya yang terdiri dari 1.200 spesies, yang berarti anggrek ini mekar dalam dua jenis bunga yang berbeda pada tanaman yang sama. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement