Senin 11 Nov 2024 20:27 WIB

Jaga Keseimbangan Bisnis Tambang, Vale Indonesia: Jaga Lingkungan Suatu Keharusan

Pertambangan dilakukan terintegrasi mengedepankan perencanaan yang baik dari awal.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
CEO PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), Febriany Eddy, di COP 29, Baku, Azerbaijan.
Foto: Vale Indonesia
CEO PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), Febriany Eddy, di COP 29, Baku, Azerbaijan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Febriany Eddy menyinggung keseimbangan antara pengembangan bisnis dan menjaga lingkungan tetap hijau sebelum berbicara di Paviliun Indonesia pada perhelatan Conference of Parties (COP) 29 di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024). Sebelumnya, Ketua Delegasi sekaligus utusan khusus Presiden Republik Indonesia untuk COP 29, Hashim S Djojohadikusumo turut membahas hal itu.

PT Vale Indonesia bergerak di usaha pertambangan. Saat beroperasi, perusahaan berupaya meminimalisir dampak kerusakan lingkungan. Pada saat yang sama, juga membawa manfaat sebesar-besarnya bagi peradaban manusia.

Baca Juga

"Sangatlah penting bagi kami sustainability atau menjaga lingkungan ini bukanlah suatu kewajiban tapi suatu keharusan bisnis, yang juga akan membuat perusahaan menjadi lebih kuat dan lebih baik lagi," kata Febriany kepada tim Republika.co.id di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024).

Ia mencontohkan operasi mereka di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Di sana, saat membuka tambang, berbarengan dengan reklamasi. Ini menjadi budaya di PT Vale.

Reklamasi tidak dilakukan saat operasi penambangan menuju akhir. "Kalau di Sorowako itu kita kan buka kompartemen kecil-kecil jadi kita hanya buka area yang perlu dibuka saat itu. Setelah selesai menambang di area itu, kita pindah ke kompartemen berikutnya, langsung kita reklamasi. Jadi tambang dan reklamasi berdampingan," tutur Febriany.

Dari sisi biaya, ia memastikan PT Vale bisa membuktikan dengan memperdulikan lingkungan, tidak berarti tanpa keuntungan. Profit bagian dari bisnis berkelanjutan juga. Caranya, pertambangan dilakukan terintegrasi mengedepankan perencanaan yang baik dari awal.

Febriany menerangkan saat merencanakan untuk menambang di daerah operasi, di waktu bersamaan mereka langsung memikirkan bagaimana menutupnya nanti. Dengan begitu akan lebih cepat dan efektif. Sehingga biayanya bisa ditekan.

"Jadi banyak sekali integrasi yang terjadi, jadi kalau kita tunggu di akhir tutup tambang akan jauh lebih mahal," tutur Dirut PT Vale Indonesia.

Kembali ke isu perubahan iklim. Menurutnya itu menjadi tantangan sekaligus kesempatan luar biasa. PT Vale memiliki tiga proyek smelter nikel di Tanah Air dengan nilai investasi sekitar 9 miliar dolar Amerika Serikat.

Itu proyek kolaborasi dengan berbagai mitra. Dari proyek tersebut, mereka berevolusi dan belajar. Terakhir yang baru saja ditandangani kerja samanya, yakni dengan perusahaan China di Beijing, pada akhir pekan lalu. Kolaborasi strategis antara PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dan GEM Co., Ltd.

Dalam keterangan resmi PT Vale, proyek bernilai 1,4 miliar dolar AS dengan teknologi High-Pressure Acid Leaching (HPAL) ini, berlokasi di Sulawesi Tengah, bertujuan untuk menjadi pabrik pengolahan nikel net-zero, dengan produksi setidaknya 600 ribu ton nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), setiap tahun. Itu komponen penting untuk baterai sistem penyimpanan energi (ESS). Investasi ini mencakup pengembangan pusat penelitian dan pengembangan sebesar 40 juta dolar AS untuk transfer pengetahuan dan pengembangan talenta lokal Indonesia. Lalu 30 juta dolar AS untuk ESG Compound yang mencakup lanskap hijau, asrama karyawan, suplai air domestik, dan pengolahan limbah, Kemudian 10 juta dolar AS untuk komitmen pembangunan masyarakat dan fasilitas umum.

Didesain sebagai proyek net-zero, fasilitas ini akan memproduksi MHP dengan praktik ramah lingkungan dan teknologi terkini untuk pengolahan nikel yang berkelanjutan. Melalui kolaborasi lintas pasar internasional, proyek ini memperkuat peran sentral Indonesia dalam peralihan energi bersih di dunia.

Selaras dengan target pertumbuhan ekonomi pemerintah Indonesia sebesar 8 persen, proyek HPAL ini dirancang untuk menciptakan lapangan kerja, menarik investasi baru, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal di komunitas sekitarnya. Proyek ini akan menjadi katalisator aktivitas ekonomi yang membantu meningkatkan komunitas lokal sekaligus memperkuat reputasi global Indonesia sebagai kekuatan industri berkelanjutan.

Salah satu pilar proyek ini adalah rencana mendirikan pusat penelitian yang berfokus pada pengembangan teknologi HPAL, guna memberdayakan profesional Indonesia melalui transfer teknologi dan pengembangan keterampilan. Meningkatkan pendidikan, keterampilan, dan kapasitas teknis akan memastikan bahwa talenta Indonesia siap untuk mendorong gelombang pertumbuhan industri berikutnya. Proyek ini diharapkan menjadi pabrik pengolahan MHP net-zero.

Dedikasi PT Vale dan GEM dalam pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan mencerminkan visi bersama tentang pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab, sesuai dengan standar keberlanjutan global. Proyek ini menunjukkan kepada dunia bahwa industri nikel Indonesia siap menghadapi tantangan transisi energi hijau sambil memenuhi tanggung jawab standar lingkungan tertinggi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement