REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Penasihat iklim Gedung Putih John Podesta menegaskan kebijakan transisi energi bersih Amerika Serikat (AS) tidak berubah. Kebijakan terkait energi bersih akan berjalan walaupun Presiden terpilih Donald Trump akan menarik AS dari Perjanjian Paris.
Pada hari pertama Pertemuan Perubahan Iklim PBB ke-29 (COP29), Podesta menyampaikan pernyataan menantang tapi realistis. Saat konferensi pers COP29, ia mengatakan kemungkinan besar Trump akan kembali menarik AS dari Perjanjian Paris. Menurutnya, Trump akan membatalkan kebijakan-kebijakan perubahan iklim pemerintah Presiden Joe Biden, termasuk Undang-undang Reduksi Inflasi 2022 yang mencakup anggaran sebesar 375 miliar dolar AS untuk penanggulangan perubahan iklim.
"Apakah kami menghadapi tantangan baru? Jelas, tapi kami tidak akan mundur ke sistem energi tahun 1950-an, tidak mungkin," katanya, Senin (11/11/2024).
Ia mengulang pernyataan Biden di pidato pekan lalu yang mengatakan "kemunduran tak terhindarkan, tapi menyerah tak termaafkan." Podesta mengatakan kemenangan Trump bukan akhir dari perjuangan AS membuat bumi lebih bersih dan aman.
"Ilmu pengetahuan adalah ilmu pengetahuan, perjuangan ini jauh lebih besar, sebab kita semua melalui tahun yang mendefinisikan krisis iklim di setiap negara di dunia," katanya.
Selama kampanyenya, Trump mengatakan akan menarik AS dari Perjanjian Paris, membatalkan sebagian Undang-undang Reduksi Inflasi dan meningkatkan pengeboran dan produksi minyak. Ia menyebut regulasi ramah lingkungan bagian dari "penipuan skema hijau baru" dan tanpa bukti mengeklaim turbin pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai melukai ikan paus.
Saat menjabat sebagai presiden pada 2017-2021, Trump banyak membatalkan regulasi lingkungan yang kemudian diterapkan kembali oleh Biden. Trump memberi sinyal akan membatalkan perubahan-perubahan yang dilakukan Biden.
Pada COP29, Podesta menjabarkan daftar bencana-bencana alam sepanjang tahun, ulai dari hari terpanas yang pernah tercatat pada 22 Juli lalu sampai bencana-bencana terkait iklim seperti banjir, badai sampai kekeringan.
"Tidak satu pun dari ini hoaks, ini nyata, ini persoalan hidup dan mati, untungnya banyak di negara kami dan di seluruh dunia yang bekerja untuk mempersiapkan dunia pada kenyataan baru dan memitigasi dampak paling mengerikan dari perubahan iklim," kata Podesta.
Ia mengatakan pemerintah Biden masih melakukan negosiasi meski bersiap meninggalkan Gedung Putih. "Kami di sini untuk bekerja dan kami berkomitmen pada keberhasilan COP29, kami dapat dan akan membuat kemajuan nyata dengan dukungan negara bagian dan kota yang berkomitmen pada iklim, para inovator, perusahaan, dan warga negara kami, terutama kaum muda yang lebih memahami daripada kebanyakan orang bahwa perubahan iklim menimbulkan ancaman eksistensial yang tidak dapat kita abaikan," katanya.
Podesta menambahkan pada bulan Januari mendatang AS akan melantik presiden yang menyebut perubahan iklim sebagai hoaks. "Ia berjanji membongkar perlindungan lingkungan kami dan kembali menarik AS dari Perjanjian Paris, itu yang ia katakan dan kita harus percaya padanya," kata Podesta.