Kamis 14 Nov 2024 21:02 WIB

Pertamina Dorong Kolaborasi Nasional dan Internasional Turunkan Emisi Metana di Indonesia

Pertamina telah berkomitmen untuk mencapai zero routine flaring pada tahun 2030.

Direktur SPPU Pertamina A. Salyadi Saputra menjadi narasumber pada acara “International & Indonesia CCS Forum 2024” yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (31/7/2024).
Foto: Pertamina
Direktur SPPU Pertamina A. Salyadi Saputra menjadi narasumber pada acara “International & Indonesia CCS Forum 2024” yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (31/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- PT Pertamina (Persero) melakukan upaya strategis untuk mereduksi emisi salah satunya melalui pengurangan gas buang methana dari seluruh lini operasional perusahaan. Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), Salyadi Dariah Saputra menjelaskan pengurangan gas buang methana ini masuk dalam salah satu fokus keberlanjutan Pertamina, yaitu addressing climate change.

"Pertamina bertekad untuk menjadi perusahaan energi terkemuka yang dikenal atas kepeduliannya terhadap lingkungan, tanggung jawab sosial, dan tata kelola yang kuat. Kami telah membuat langkah signifikan dalam pengelolaan emisi metana untuk selaras dengan tujuan keberlanjutan kami," ungkap Salyadi dalam sesi panel di COP 29, Kamis (14/11/2024).

Baca Juga

Upaya pengurangan gas methana ini dilakukan oleh Pertamina melalui surat dukungan (endorsement letter) terhadap Zero Routine Flaring Initiative (ZRF). Pertamina telah berkomitmen untuk mencapai zero routine flaring pada tahun 2030, dengan target pengurangan emisi metana sebesar 40 persen dari baseline 2021.

Menyadari pentingnya kolaborasi dalam pencapaian ini, Pertamina telah bekerja sama dengan organisasi internasional utama, termasuk, JOGMEC (Japan Oil, Gas, and Metals Corporation), dan anggota Dewan Perminyakan ASEAN. Kolaborasi dengan USAID dan penyedia teknologi seperti Honeywell juga telah meningkatkan upaya pemantauan dan pengurangan emisi metana.

Selain itu, Pertamina bekerja sama dengan Petronas dan PTTEP dalam Oil and Gas Methane Partnership 2.0 (OGMP2.0) serta Methane Leadership Program. Studi bersama dengan JOGMEC di lapangan Donggi Matindok dan JOB Tomori fokus pada kuantifikasi, pelaporan, serta pengurangan flaring secara presisi.

"Untuk mencapai hasil yang bermakna dan berkelanjutan, kami harus bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas global," ujar Salyadi.

Heather Evans, Deputi Asisten Sekretaris Bidang Manufaktur di Departemen Perdagangan AS, menekankan perlunya kolaborasi lintas negara, dengan komitmen AS dalam berbagi teknologi pengurangan emisi metana.

“Kami mendorong penerapan teknologi pengurangan emisi sebagai praktik terbaik industri, bukan hanya sekadar persyaratan regulasi. Perusahaan-perusahaan AS menawarkan solusi inovatif untuk pemantauan emisi metana, dan kami siap mendukung mitra internasional dalam perjalanan pengurangan metana mereka,” tambahnya.

Yulia Suryanti, Direktur Mitigasi Perubahan Iklim di Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai target NDC yang ditingkatkan pada 2030.

“Indonesia telah menetapkan kebijakan harga karbon untuk mendukung target NDC, dengan sasaran pengurangan 21,89 persen pada 2030. Kami menyeimbangkan ketahanan ekonomi, sosial, dan ekologi dalam jalur pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara keuntungan, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan,” jelasnya.

Melalui kolaborasi, teknologi inovatif, dan komitmen terhadap tujuan bersama, Pertamina dan para mitranya menunjukkan kekuatan aksi bersama dalam upaya mengurangi emisi metana dan menjaga iklim demi masa depan yang berkelanjutan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement