Sabtu 16 Nov 2024 07:42 WIB

Gamma Thohir Bagikan Kisah Sukses Membangun Desa Berbasis Energi Bersih di COP29

Perjalanan Gamma Thohir dalam mendirikan Desa Bumi dimulai pada 2015.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Satria K Yudha
Pendiri Desa Bumi Gamma Thohir memberikan paparannya saat sesi diskusi dengan topik Intergenerational Action for Tripling Renewable Energy by 2030 di ajang COP29, di Azerbaijan, Kamis (14/11/2024).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pendiri Desa Bumi Gamma Thohir memberikan paparannya saat sesi diskusi dengan topik Intergenerational Action for Tripling Renewable Energy by 2030 di ajang COP29, di Azerbaijan, Kamis (14/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Founder Desa Bumi, Gamma Thohir menceritakan kisah sukses program Desa Bumi di Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-29 atau COP 29, di Baku, Azerbaijan. Empat desa yang tergabung dalam Desa Bumi kini seluruh kebutuhan energinya ditopang dari energi bersih.

Perjalanan Gamma Thohir dalam mendirikan Desa Bumi dimulai pada 2015 saat ia baru berusia 15 tahun. Dengan semangat yang tinggi, Gamma berkunjung ke sebuah desa terpencil yang terletak sekitar empat jam perjalanan dari rumahnya.

Baca Juga

Jalanan yang belum memadai memaksa Gama untuk menggunakan kendaraan off-road untuk mencapai desa tersebut. Saat tiba, ia tidak datang dengan proposal besar atau rencana rumit, tetapi dengan niat tulus untuk mengenal masyarakat setempat dan memahami kebutuhan mereka.

"Saya tinggal bersama mereka, menginap di pondok-pondok desa, dan mengenal para pemimpin serta masyarakat setempat," ungkap Gama dalam rangkaian COP29 yang digelar di Indonesia Pavillion, Kamis (14/11/2024).

Dari situ, ia mulai menyadari bahwa meskipun akses mereka terhadap teknologi terbatas, mereka sangat terbuka untuk mencoba hal baru. Bahkan, masyarakat desa tersebut sudah mulai menciptakan drone radio sederhana menggunakan barang-barang elektronik yang mereka temui di sekitar mereka.

Melihat potensi besar di balik ketertarikan masyarakat terhadap teknologi, Gamma menyadari bahwa solusi berbasis teknologi bisa diperkenalkan, namun dengan pendekatan yang lebih menyeluruh dan memahami konteks budaya serta kebutuhan mereka.

“Kuncinya adalah memahami budaya mereka, melibatkan mereka dalam setiap langkah, dan memastikan solusi yang kami tawarkan relevan serta bermanfaat,” tambah Gamma.

Dengan visi yang jelas untuk menyediakan akses energi terbarukan ke daerah pedesaan, Desa Bumi pun dimulai. Pada 2015, mereka mulai membangun pembangkit listrik mikrohidro dengan kapasitas sekitar 40 kW, yang mampu menyuplai listrik ke 75 rumah tangga dan sebuah pusat pembelajaran untuk pemuda di desa tersebut.

Proyek ini bukan sekadar memberikan akses listrik, tetapi juga merupakan langkah awal untuk memperkenalkan konsep energi terbarukan yang dapat digunakan untuk menggerakkan ekonomi lokal. Seiring berjalannya waktu, visi Desa Bumi berkembang dengan fokus yang lebih luas. Pada periode 2020-2024, desa-desa yang terlibat dalam proyek Desa Bumi tidak hanya memperoleh akses energi terbarukan, tetapi juga program pengembangan sosial dan kapasitas masyarakat yang lebih mendalam.

Melalui berbagai pelatihan dan edukasi, desa-desa ini mulai mengembangkan keterampilan baru untuk memanfaatkan energi terbarukan guna mendukung sektor ekonomi mereka. Desa Bumi bukan hanya bertujuan menyediakan akses listrik, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi.

"Tanpa energi terbarukan, mustahil untuk menciptakan lapangan pekerjaan hijau yang berkelanjutan. Energi terbarukan adalah kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan," kata Gamma.

Kini, setelah hampir satu dekade, Desa Bumi telah menjadi bukti nyata bagaimana teknologi, pendidikan, dan energi terbarukan dapat mengubah kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, membawa mereka menuju masa depan yang lebih mandiri, berkelanjutan, dan inklusif.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement