REPUBLIKA.CO.ID, BUKAVU -- Gelombang sampah plastik yang masuk ke bendungan pembangkit listrik tenaga air di timur Kongo menyebabkan pemadaman di sejumlah kota besar di negara tersebut. Sampah-sampah plastik ini menjadi tantangan berat yang harus diatasi pemerintah setempat.
Bendungan Ruzizi di ujung selatan Danau Kivu dekat perbatasan Rwanda, memasok listrik ke Bukavu dan kota-kota lain. Pemadaman ini merugikan bisnis-bisnis setempat.
Masalah ini berkaitan dengan meningkatnya penggunaan plastik yang dibarengi dengan kurangnya pengumpulan sampah di daerah tersebut. Hujan deras menyebabkan sampah dari daerah pegunungan mengalir turun ke danau, lalu menyumbat mesin-mesin pembangkit listrik tenaga air.
"Sampah ini menghalangi air dengan efektif, air sulit masuk ke saluran paksa untuk memberikan tekanan dan kecepatan yang dibutuhkan mesin," kata Direktur Provinsi Perusahaan Listrik Nasional SNEL, Ljovy Mulemangabo, Senin (18/11/2024).
Setiap hari, petugas kebersihan berusaha mengeluarkan botol-botol plastik, jeriken, dan puing-puing lain yang menyebabkan mesin bendungan mati selama berjam-jam. Terlepas dari usaha mereka, plastik menumpuk dan menyebabkan pemadaman listrik.
Menteri Lingkungan Hidup dan Ekonomi Hijau Provinsi Didier Kabi salah satu dari orang yang bekerja untuk menemukan solusi. Ia mengatakan mewajibkan rumah tangga untuk bergabung dengan organisasi pengumpul sampah dapat membantu menghentikan penumpukan plastik di danau.
“Hal ini akan memungkinkan kami untuk melihat sejauh mana setiap orang perlu mengumpulkan sampah mereka sendiri di tingkat rumah tangga,” katanya.
Pembersihan di tingkat permukaan saja tidak cukup karena sampah terakumulasi hingga kedalaman 14 meter. Para penyelam perlu membersihkan dasar sungai untuk mencegah penyumbatan turbin.
Seorang pekerja logam di Bukavu Alex Mbilizi mengatakan berkurangnya daya listrik menyebabkan masalah. “Atasan kami menekan kami karena keterlambatan dalam menyelesaikan pesanan mereka, dan kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan,” katanya.