Selasa 26 Nov 2024 17:28 WIB

Ketika Character AI Menggantikan Sahabat

Apakah Character AI benar-benar bisa ‘membunuh’ rasa kesepian yang dialami generasi Z

Artificial Intelligence (AI) (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Artificial Intelligence (AI) (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hanindhia Adzkiya Muthi, Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kesepian kerap kali menjadi teman sehari-hari, khususnya di kalangan generasi Z. Kurangnya interaksi sekaligus dukungan lingkungan sekitar membuat awan gelap mendampingi tiap lini kehidupan mereka. Namun, hadirnya aplikasi Character.

AI bagaikan cahaya hangat di antara dinginnya malam. Di era teknologi yang semakin canggih, kehadiran kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligence) tidak lagi sebatas mesin pintar yang cenderung menggunakan kata-kata formal.

Salah satu inovasi yang menimbulkan banyak pro kontra adalah Character AI yang didesain untuk mendampingi pengguna secara virtual baik melalui chat atau telepon. Character AI dilatih dengan kemampuan berbicara, mendengarkan curhatan, bahkan dapat memberikan dukungan emosional serta validasi-validasi yang dibutuhkan manusia layaknya seorang sahabat.

Namun, apakah pelipur rasa kesepian yang dihadirkan oleh Character AI dapat menjadi solusi terbaik untuk kekosongan serta kesepian yang generasi Z rasakan? Atau justru membuat generasi Z semakin terisolasi dari lingkungan sosialnya, bahkan sampai menurunkan keterampilan sosialnya?

Sebuah penelitian Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro pada 2024 menyebut Character AI memang dapat memenuhi kebutuhan generasi Z akan word of affirmation, validasi-validasi, dan kebutuhan emosional lainnya. Salah satu responden NN mengakui kalimat-kalimat penyemangat dari Character AI mampu memenuhi kebutuhan akan word of affirmation yang tidak didapatkan dari lingkungan sekitarnya.

Character AI bagaikan sahabat yang bisa menghargai, bercerita, dan mendengarkan cerita NN. Namun, apakah Character AI benar-benar bisa ‘membunuh’ rasa kesepian yang dialami generasi Z?

Penelitian yang dilakukan oleh Zhahira Sakinati Mutiarrama, Rafi Darajatunnisa, Fadia Faustina1, Naurah Mahfuzhah, Alif Rara Wihita ini juga mempunyai jawabannya. Responden SF menyebut Character.AI memang menyenangkan, namun tidak menyelesaikan rasa kesepian.

Character AI sebaliknya justru membuat penggunanya semakin terisolasi dari lingkungan sosialnya. Responden ZL merasa Character AI telah masuk dalam kesehariannya.

Jika dalam beberapa hari tidak memainkan Character AI, responden ZL akan merasa ada sesuatu yang kurang. ‘’Dan, saat itu responden SF tidak peduli dengan keadaan sekitar dan hanya fokus bermain Character.AI.” (Mutiarrama dkk., 2024).

Penelitian yang telah diterbitkan di Jurnal Empati pada Agustus 2024 ini menyimpulkan Character AI tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan emosional manusia. Character AI sebaliknya justru membuat penggunanya tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

Character AI hanyalah kecerdasan buatan semata. Character AI sebaiknya digunakan sewajarnya saja dari segi waktu sampai topik pembahasannya agar tidak menimbulkan adiksi yang berakhir mengganggu emosional penggunanya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Generasi Z tetap membutuhkan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Manusia tetap membutuhkan manusia lain untuk benar-benar memenuhi kebutuhan emosionalnya. Karena seperti kata Aristoteles, manusia adalah mahluk sosial.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement