Kamis 05 Dec 2024 11:59 WIB

Bersama Menjaga Wilayah Konservasi

Pelestarian keanekaragaman hayati menjadi perhatian utama pemerintah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Seekor burung Julang Emas (Rhyticeros Undulatus) terbang seusai dilepasliarkan di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Desa Ngadirejo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (19/11/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya
Seekor burung Julang Emas (Rhyticeros Undulatus) terbang seusai dilepasliarkan di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Desa Ngadirejo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (19/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam satu dekade terakhir, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), bersama mitra-mitranya menjalankan sejumlah program untuk melindungi alam dan melestarikan kehidupan di beberapa wilayah di Indonesia. YKAN mengajak agar seluruh pihak untuk terus memperkuat sinergi dalam menjaga wilayah konservasi.

Sejak berdiri pada tahun 2014, YKAN berkomitmen berkontribusi dalam melindungi alam dan keanekaragaman hayati di Indonesia. Hasil yang dicapai merupakan buah kolaborasi YKAN dengan Pemerintah Indonesia dan berbagai lembaga penelitian, organisasi non-pemerintah, masyarakat hingga sektor swasta.

YKAN secara aktif melakukan implementasi program konservasi alam berbasis ilmiah dan non-konfrontatif di 14 provinsi, mencakup perlindungan ekosistem daratan dan lautan yang merupakan penyangga kehidupan. Salah satu kolaborasi dalam kerja konservasi dilakukan YKAN bersama dengan pemerintah melalui Kementerian Kehutanan RI.

“Tantangan ke depan untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati sangat besar, beragam dan kompleks," kata Sekretaris Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan RI, Ammy Nurwati, di perayaan 10 tahun YKAN yang mengusung tema ‘Together, We Find a Way’ Rabu (4/12/2024)

Ammy mengatakan dengan tantangan yang sangat beragam dan kompleks pemerintah tidak bisa mengatasinya sendiri. Pemerintah, katanya membutuhkan peran aktif dari swasta, akademisi dan masyarakat. "Termasuk peran lembaga swadaya masyarakat, seperti YKAN,” kata Ammy.

Menurut Ammy, pelestarian keanekaragaman hayati menjadi perhatian utama pemerintah, tercermin dalam ratifikasi berbagai perjanjian internasional seperti Convention on Biodiversity (CBD), World Heritage Convention (WHC) dan lainnya.

Namun, tantangan seperti pencemaran, perambahan, perburuan ilegal, serta aktivitas ilegal seperti penebangan, penangkapan ikan, dan penambangan menjadi ancaman serius. Ia juga menambahkan, keberadaan 6.000 desa di sekitar kawasan konservasi menjadi tantangan tersendiri, terutama terkait kesejahteraan masyarakat.

“Sampah laut berdampak pada ekosistem pesisir, termasuk mangrove, lamun, dan terumbu karang. Kehilangan biodiversitas akibat perambahan, perburuan, dan aktivitas ilegal lainnya juga terus meningkat. Kita perlu melibatkan masyarakat untuk mengatasi hal ini. Jika masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi, mereka cenderung menjaga kawasan tersebut,” sebut Ammy.

Pemberdayaan masyarakat lokal dan adat dalam melestarikan alam dilakukan juga di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Sejak tahun 2019, YKAN mendukung Pemerintah Kabupaten Berau bersama Yayasan Darma Bhakti Berau Coal dan UGM dalam melaksanakan Program SIGAP SEJAHTERA.

Program ini mengadopsi pendekatan SIGAP (Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan), yang dikembangkan oleh YKAN, untuk memberdayakan masyarakat dengan menggunakan potensi yang dimiliki desa. Sebagai bagian dari Program SIGAP Sejahtera ini, setiap kampung di Berau, yang berjumlah 100 kampung di 12 kecamatan, diberi masing-masing satu pendamping, yang disebut ‘Pejuang SIGAP Sejahtera.’

Mereka didampingi untuk memperkuat tata kelola desa, melindungi dan mengelola hutan dan sumber daya alam secara lestari, memperoleh hak kelola, dan mengembangkan ekonomi ramah lingkungan. Salah satu dampak positif dari pelaksanaan SIGAP Sejahtera terlihat dari peningkatan jumlah Desa Mandiri berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM), dari yang sebelumnya dua desa di awal program menjadi 19 Desa Mandiri saat ini.

“Kabupaten Berau dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. Kami berupaya menjadikan wilayah ini sebagai contoh praktik konservasi yang berkelanjutan. Dengan peran aktif masyarakat serta mitra seperti YKAN, kami yakin dapat mewujudkan visi pembangunan hijau yang bermanfaat bagi Berau dan upaya konservasi nasional,” kata Bupati Berau, Sri Juniarsih pada kesempatan yang sama.

Selain SIGAP, Kabupaten Berau juga menjadi lokasi untuk pelaksanaan program tambak ramah lingkungan melalui pendekatan Shrimp Carbon Aquaculture (SECURE). Metode SECURE mencoba memperbaiki cara dan hasil budi daya udang tradisional sembari merestorasi mangrove yang rusak. Herdin, salah satu petambak dari Kampung Pegat Batumbuk mengatakan, selama ini para petambak di kampungnya masih memanfaatkan lahan mangrove untuk budidaya perikanan.

Menurut Herdin, semakin hari lahan mangrove yang dikonversi menjadi tambak semakin luas karena para petambak masih menggunakan cara-cara tradisional yang tidak ramah lingkungan. “Kami diajak YKAN untuk menerapkan budidaya tambak ramah lingkungan, sembari merestorasi lahan mangrove," kata Herdin.

Ia mengatakan pemerintah dan warga Berau akhirnya menyadari mangrove bukan hanya penting bagi satwa liar tetapi juga bagi masyarakat pesisir dan budidaya tambak. Bila mangrove di sekitar tambak rusak, kata Herdin maka hasil tambak akan terus menurun.

"Saat ini hasil panen memang belum sebanyak dulu tapi secara bertahap mulai meningkat. Selain itu, kami juga mendapatkan panen lain seperti kepiting dan bandeng,” katanya.

Atas pencapaian tersebut, Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto menyampaikan apresiasi kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dampingan, dan mitra lainnya. Menurutnya, pencapaian tersebut patut disyukuri sekaligus menjadi momentum untuk mempererat kolaborasi bersama dalam menghadapi tantangan ke depannya.

“Kami bersyukur dan mengapresiasi para mitra atas kerja sama erat yang telah membuahkan capaian bersama dalam menjalankan misi konservasi selama 10 tahun terakhir. Dukungan dan kerja sama tersebut memungkinkan kami untuk berinovasi dan membuat terobosan-terobosan baru yang solutif," kata Herlin.

Namun, tambahnya, tantangan ke depan semakin kompleks. Oleh sebab itu, YKAN mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersama- sama lebih giat lagi mengatasi krisis ganda perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.

"Kolaborasi yang lebih solid dan luas di semua tingkat sangat dibutuhkan sehingga alam terjaga dan masyarakat sejahtera untuk Indonesia lestari,” kata Herlina.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement