Selasa 10 Dec 2024 15:06 WIB

Orang Dewasa Muda Lebih Rentan terhadap Gelombang Panas

75 persen kematian terkait panas terjadi pada orang dengan usia di bawah 35 tahun.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
 Warga India menyiram muka dengan air dari jaringan pipa di negara bagian Uttar Pradesh.
Foto: AP/Rajesh Kumar Singh
Warga India menyiram muka dengan air dari jaringan pipa di negara bagian Uttar Pradesh.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Penelitian terbaru mengungkapkan orang dewasa muda lebih berisiko terhadap gelombang panas yang dipicu perubahan iklim. Penelitian yang dipublikasikan Science Advances, menemukan 75 persen kematian terkait panas terjadi pada orang di bawah 35 tahun.

Penelitian yang dirilis pekan lalu tersebut, mengungkapkan hampir sepertiga kematian terkait panas terjadi pada orang dewasa muda berusia antara 18 sampai 35 tahun. Kelompok usia yang sebelumnya diduga paling kuat dalam menghadapi paparan panas.

"Ini mengejutkan, ini merupakan kelompok yang paling kuat fisiknya di antara populasi, saya sangat ingin tahu mengapa ini terjadi," kata penelitian Pusat Ekonomi dan Kebijakan Lingkungan Columbia University, Jeffrey Shrader seperti dikutip dari Health Day, Selasa (10/12/2024).

Para peneliti berfokus pada kematian terkait panas di Meksiko, sebab negara itu mengumpulkan data kematian terkait panas dan suhu harian dengan detail. Penelitian menemukan antara tahun 1998 sampai 2019, Meksiko mencatat 3.300 kematian terkait panas per tahun.

Penelitian ini menunjukkan kelompok masyarakat usia 50 sampai 70 tahun yang paling rendah angka kematiannya. Sementara anak-anak di bawah 5 tahun dan orang usia antara 18 sampai 35 tahun yang paling kemungkinan terpapar panas di tingkat yang berbahaya.

"Kami memproyeksikan, ketika iklim semakin memanas, kematian terkait panas akan naik dan orang muda yang paling menderita," kata kandidat doktor program  Columbia’s Sustainable Development Daniel Bressler.

Para peneliti berspekulasi tentang mengapa dewasa muda paling beresiko mengalami kematian terkait panas. Salah satunya orang dewasa muda yang paling banyak bekerja di luar ruangan seperti pertanian dan konstruksi, selain itu mereka juga mengalami dehidrasi dan sengatan panas atau heat stroke.

Mereka juga kelompok usia yang paling banyak bekerja di dalam ruangan seperti pabrik yang tidak memiliki pendingin ruangan. “Mereka adalah orang-orang yang lebih junior, yang kedudukannya rendah, yang mungkin melakukan sebagian besar pekerjaan berat, dengan pengaturan kerja yang tidak fleksibel,” kata Shrader dalam siaran persnya.

Para peneliti menambahkan orang dewasa muda juga lebih mungkin berpartisipasi dalam olahraga berat di luar ruangan, yang lagi-lagi menempatkan mereka pada risiko heat stroke.

Peneliti menambahkan risiko panas terhadap bayi dan balita tidak terlalu mengejutkan. Sebab tubuh mereka dapat menyerap panas lebih cepat dan kemampuan mereka untuk mendinginkan tubuh seperti berkeringat belum sepenuhnya berkembang.

Sistem kekebalan tubuh bayi dan balita juga masih berkembang. Sehingga mereka rentan terhadap penyakit menular yang kerap mewabah di cuaca panas.

Para peneliti juga menemukan kematian terkait panas tidak selalu berkaitan dengan suhu panas luar biasa. Para peneliti mencatat kematian terjadi saat suhu hanya 73 sampai 75 derajat Fahrenheit atau 23 sampai 24 derajat Celsius tapi dengan kelembapan yang tinggi.

Kemungkinan besar karena suhu tersebut lebih sering terjadi dan orang lebih sering terpapar suhu dengan suhu sebesar itu. Para peneliti mengatakan hasil penelitian ini meresahkan khususnya bagi negara-negara miskin di Afrika dan Asia.

Para peneliti mengatakan hanya sekitar 15 persen warga Meksiko yang bekerja di bidang pertanian. Negara-negara di belahan dunia lain yang memiliki populasi yang lebih muda dan memiliki lebih banyak pekerja kasar, lebih berisiko terhadap kematian terkait panas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement