REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam semangat mengenang kelahiran Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution, pihak keluarga bekerjasama dengan Yayasan Masjid Cut Meutia menghajat aktivitas sosial dan tausiah bertema “Keteladanan dan Nasionalisme” dari K.H. Dr. Sayid Qutub.
Cucu pertama AH Nasution, Eka Trisny Edyanti Nurdin, menjelaskan kegiatan ini merupakan usaha dari pihak keluarga untuk mengenang kembali nilai-nilai perjuangan yang telah dilakukan oleh jenderal besar yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional sejak 2002 ini. Salah satu ikhtiarnya pihak keluarga juga menghadirkan Yayasan Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution yang dilakukan bersama dengan Yayasan Masjid Cut Meutia.
“Yayasan ini bergerak dibidang sosial, baik pendidikan dan kegiatan sosial lainnya. Biasanya kami bersama keluarga, tapi tahun ini hanya kami berempat, cucu-cucu dari Opa (Jenderal Besar TNI. Purn. Dr. H. Abdul Haris Nasution) dalam kegiatan ini,” kata Eka Trisny, dalam keterangannya kepada media di Jakarta, Senin (16/12/2024).
Kegiatan Milad ke-106 Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution ini digelar pada Ahad (15/12/ 2024) malam di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat. Selain penyampaian tuasiah, kegiatan ini menggelar juga pembacaan ayat suci Alquran, Yasin dan pembacaan tahlil. Acara ini dihadiri juga oleh beberapa tamu undangan VIP, kerabat dan keluarga.
"Kami juga memberikan santunan kepada 30 anak yatim, binaan dari Masjid Cut Meutia. InsyaAllah tahun depan akan ada acara lain untuk yayasan ini,” kata Marisa Edyana Nurdin, cucu kedua Jenderal Besar TNI. Purn. Dr. H. Abdul Haris Nasution.
AH Nasution yang dilahirkan pada 3 Desember 1918 di Desa Hutapungkut, Kotanopan, Tapanuli Selatan, pada awalnya diharapkan oleh orang tuanya bisa menjadi guru. Selepas bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Kotanopan, Nasution melanjutkan sekolah guru Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) di Bukittinggi dan Bandung.
Namun keinginan itu berubah setelah Nasution bergabung dalam pendidikan militer korps perwira cadangan yang dilakukan pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Nasution bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Tahun berikutnya dia dipercaya menjadi Panglima Regional Divisi Siliwangi dengan tugas pokok memelihara keamanan Jawa Barat.
Di sini Nasution mengembangkan teori perang teritorial yang menjadi doktrin pertahanan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di masa depan. Taktik perang gerilya ini kemudian disetujui Panglima Jenderal Sudirman digunakan dalam melawan agresi militer Belanda.
Jasa besar dalam perjuangan prakemerdekaan, membawa Nasution mendapatkan kepercayaan dari pemerintahan Soekarno-Hatta. Meski sempat lolos dari pemberontakan G-30-S PKI, namun putrinya Ade Irma Suryani gugur dalam peristiwa tersebut.
Setelah pensiun dari tugas kenegaraan, kegiatan Nasution selanjutnya lebih banyak diisi dengan menulis buku. Karya-karya penting yang lahir dari Nasution diantaranya adalah ‘Sekitar Perang Kemerdekaan’, ‘Pokok-Pokok Perang Gerilya’ dan ‘Memenuhi Panggilan Tugas’. Ia juga aktif di dunia pendidikan hingga wafat pada tahun 2000 dan dimakamkan di TMP Kalibata.
“Masih banyak masyarakat yang tak mengerti tentang sejarahnya Opa, khususnya untuk generasi muda. Inilah sebabnya kami sajikan informasi tersebut melalui museum yang berlokasi di Jl. Teuku Umar No. 40. Di sana kami siapkan juga kafe agar bisa saling ngobrol,” kata Eka Trisny.