REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Rumah Energi, bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Menelaah Strategi Hilirisasi PT Antam Melalui Rencana Akuisisi Smelter Tsingshan Group.
FGD itu diselenggarakan di kantor Yayasan Rumah Energi di Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (19/12/2024).
Dalam FGD yang dipandu oleh Dwika Febrianti selaku Master of Ceremony (MC) serta dipimpin oleh Redaktur Energi Juang, Hiski Darmayana sebagai Moderator itu, tampil dua narasumber, yakni Rafly Ruben Rialdi (Analis Energi) serta M. Farhan (Peneliti Muda dari FEB UI).
Dalam paparannya, Rafly Ruben menyatakan akuisisi ini membuat Antam dapat mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) milik smelter Tsingshan Group.
"Teknologi ini dikenal efisien dalam pengolahan bijih nikel laterit menjadi NPI (Nickel Pig Iron). Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan energi secara optimal dengan efisiensi termal tinggi, sehingga konsumsi energi per ton nikel berkurang," ungkap Rafly.
Rafly melanjutkan, terkait kebutuhan energi untuk operasional smelter pasca-akuisisi, smelter Tsingshan itu membutuhkan rata-rata energi listrik hingga 30–50 MW untuk kapasitas produksi 28.000 ton NPI per tahun.
"Untuk sumber energi yang optimal, nantinya gas alam bisa digunakan sebagai bahan bakar utama karena dapat menurunkan emisi karbon hingga 50% dibandingkan batubara," ujar Rafly.
Sedangkan Farhan menyatakan, akuisisi smelter Tsingshan Group oleh PT Antam menciptakan dampak signifikan pada perekonomian regional dan nasional, terutama melalui kebijakan hilirisasi nikel.
"Peningkatan produksi di kawasan operasional smelter, seperti Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan multiplier effect pada sektor
logistik, konstruksi, dan lapangan pekerjaan lokal," ujar Farhan.
Farhan melanjutkan, di tingkat global, akuisisi ini memperkuat daya saing Indonesia dalam rantai pasok nikel dunia, terutama untuk industri baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik.
"Sejalan dengan visi Making Indonesia 4.0, akuisisi ini mendukung transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam yang bernilai tambah tinggi. Meski demikian, volatilitas pasar global, regulasi lingkungan yang ketat, dan risiko geopolitik menjadi faktor eksternal yang dapat memengaruhi keuntungan jangka panjang," tambahnya.
Dalam kesempatan berbeda, Anggota DPR-RI Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) menyambut baik digelarnya FGD oleh Rumah Energi dan Antam itu. Gus Falah menegaskan, FGD ini bisa menjadi wahana pencerahan publik, terkait arti penting akuisisi smelter Tsingshan Group oleh Antam.
"Akuisisi itu penting dalam rangka mendukung pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. Karena Tsingshan ini berpengalaman dalam produksi baterai kendaraan listrik di China," ujar Gus Falah.
“Sehingga akuisisi akan menguntungkan Antam dan Indonesia, karena kita menguasai smelter dari perusahaan yang teruji dalam produksi baterai kendaraan listrik,” tambahnya.
Selain para narasumber, MC dan moderator, FGD ini juga dihadiri Ketua Yayasan Rumah Energi, Rusman.
Disamping itu, hadir juga puluhan peserta FGD dari beragam latar belakang, seperti aktivis mahasiswa serta masyarakat pemerhati pertambangan.