REPUBLIKA.CO.ID,TRENGGALEK — Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menanam bambu di Dillem Wilis, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Penanaman ini sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tanah longsor.
"Salah satu yang disinyalir bupati akan mengurangi tekanan pergeseran tanah atau tanah longsor yakni melalui akar bambu. Akar bambu kalau kita tanam akan menjalar, jadi saling mengikat sehingga top soil (lapisan tanah teratas) yang tidak terlalu tebal di Trenggalek ini terikat kuat dalam rangkaian bambu," kata Hanif, akhir pekan ini.
Ia menegaskan, pengelolaan tata air di daerah hulu sangat penting untuk mengatur tata air di daerah hilir, sehingga dapat terhindar dari bencana hidrometeorologi selama musim hujan seperti banjir dan tanah longsor.
"Ini koleksi dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia, dan bupati berniat ini menjadi arboretum terlengkap di Indonesia. Untuk itu, kita dukung sepenuhnya, tetapi yang utama bahwa dengan bambu ini, bupati mengajarkan kepada kita bahwa pengelolaan daerah hulu sungai sangat penting untuk mengatur tata air," ujar dia.
Ia juga mengapresiasi kondisi di Kabupaten Trenggalek dengan luas tutupan hutan yang lebih besar daripada wilayah-wilayah lain di Pulau Jawa.
"Kabupaten ini secara umum tutupan hutannya relatif besar dibandingkan kabupaten yang lain, hampir 55 persen kawasan tanah Trenggalek adalah tutupan tanah hutan, namun perlu diingat bahwa Trenggalek juga memiliki lahan kritis dan sangat kritis, hampir 21 persen," paparnya.
Untuk itu, ia menegaskan Kementerian LH akan terus mendorong kegiatan reboisasi dan rehabilitasi di Kabupaten Trenggalek. "Kita akan bersama-sama menyelesaikan ini secara bertahap. Tim akan mengevaluasi, kita bekerja sama dan mengambil langkah-langkah segera terkait pemulihan peningkatan kapasitas lingkungan di Kabupaten Trenggalek yang relatif hijau, dan berdasarkan citra hampir 56 persen luas daratan Trenggalek adalah tutupan hutan, jadi ini upaya serius Bupati yang perlu kita dukung sepenuhnya," tuturnya.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang turut menanam bambu mendampingi Menteri LH menegaskan bahwa pihaknya memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menyeimbangkan antara ekonomi dan ekologi.
"Masyarakat Trenggalek ingin jadi percontohan bahwa ekonomi dan ekologi bisa jalan bareng-bareng. Kalau hutannya enggak dimanfaatkan, kita mau makan apa, selama ini daerah maju sebatas karena industri ekstraktif, padahal, ada nilai ekonomi karbon," kata Nur Arifin.
Ia mengemukakan, selama ini ekonomi yang ditopang oleh kopi dan bambu telah menghidupi masyarakat Trenggalek. "Ekonomi kopi dan bambu telah menghidupi masyarakat. Anak-anak muda bahkan bisa ekspor sampai ke Amsterdam, Belanda, untuk jualan sedotan bambu, laundry basket (keranjang cucian)," ujar dia.
Ia juga menegaskan apabila sumber ekonomi terjaga dan seimbang dengan ekologi, maka pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk menanggung terjadinya bencana akibat kerusakan lingkungan.
"Kalau sumber ekonomi terjaga, kita tidak perlu menanggung disaster cost, jadi memang ada nilai ekonomi dari karbon," tuturnya.