Senin 30 Dec 2024 17:02 WIB

Akibat Perubahan Iklim, Jepang Kehilangan Satu Bulan Musim Dingin

Lebih dari setengah dari 57 kota di Jepang yang dianalisa mengalami perubahan iklim.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Wisatawan asing berfoto di Fujisan Yumeno Ohashi atau Jembatan Impian Besar Gunung Fuji yang latar belakang Gunung Fuji, di Kota Fuji, prefektur Shizuoka, Jepang tengah, 08 Juni 2024.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Wisatawan asing berfoto di Fujisan Yumeno Ohashi atau Jembatan Impian Besar Gunung Fuji yang latar belakang Gunung Fuji, di Kota Fuji, prefektur Shizuoka, Jepang tengah, 08 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Dalam satu dekade terakhir, hari-hari terdingin di musim dingin di Kota Fuji, Prefektur Shizuoka, Jepang, berkurang satu bulan per tahun akibat perubahan iklim. Lembaga penelitian perubahan iklim yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Climate Central mengatakan antara 2014 sampai 2023, kota di kaki Gunung Fuji itu menambah 35 hari suhu di atas 0 derajat Celsius selama musim dingin.

Laporan ini dirilis setelah Gunung Fuji baru menerima salju pertamanya pada musim dingin tahun ini pada 7 November lalu, jauh lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sejak pencatatan dimulai pada 1884.

Baca Juga

Lebih dari setengah dari 57 kota di Jepang yang dianalisa mengalami perubahan iklim. Hari-hari di atas titik beku selama musim dingin di kota-kota itu bertambah setidaknya dua pekan per tahun. Hari-hari di atas titik beku di Kota Nagaoka di Prefektur Niigata dan Kyoto masing-masing bertambah 23 hari dan 21 hari.

Musim dingin yang lebih hangat dapat mengurangi ketersediaan air karena berkurangnya tumpukan salju di pegunungan, serta meningkatkan populasi hama pembawa penyakit seperti nyamuk dan kutu. Climate Central menekankan pentingnya untuk mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara sesegera mungkin.

"Tren pemanasan yang didorong perubahan iklim akibat ulah manusia ini, tidak hanya mengganggu musim itu sendiri tapi juga mengikis manfaat yang diberikannya setiap tahun," kata lembaga tersebut seperti dikutip dari surat kabar Jepang, Mainichi, Senin (30/12/2024).

Climate Central membandingkan suhu yang diamati pada bulan Desember-Februari dalam 10 tahun terakhir dengan suhu yang diproyeksikan tanpa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Mereka menemukan sekitar 44 persen dari 901 kota yang dianalisa, rata-rata kehilangan satu pekan atau lebih hari-hari di atas titik beku setiap tahunnya.

Lebih dari sepertiga dari 123 negara dan wilayah yang diteliti, kehilangan satu pekan atau lebih. Sebanyak 19 negara, sebagian besar di Eropa, mengalami lebih dari dua pekan hari musim dingin di atas titik beku. Climate Central menambahkan, Eropa menjadi benua yang paling cepat mengalami pemanasan, mengalami pemanasan dua kali lebih cepat daripada rata-rata global sejak tahun 1980-an. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement