Kamis 02 Jan 2025 14:28 WIB

Tumpahan Minyak Kapal Tanker Rusia Picu Kerusakan Lingkungan

Putin menetapkan peristiwa ini sebagai bencana ekologis.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Relawan membantu membersihkan tumpahan minyak di area pantai yang tercemar akibat kecelakaan kapal tanker, di Rusia.
Foto: AP
Relawan membantu membersihkan tumpahan minyak di area pantai yang tercemar akibat kecelakaan kapal tanker, di Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pejabat pemerintah Rusia memperingatkan tumpahan minyak dari dua pekan lalu mengakibatkan kerusakan lingkungan parah. Kerusakan tak terhindarakan ,eski puluhan ribu orang membantu membersihkan pantai dari minyak yang berasal dari dua kapal tanker yang mengalami kecelakaan di Selat Kerch, di Krimea.

Media-media Rusia melaporkan lebih dari 10 ribu orang yang sebagian besar sukarelawan berusaha menyelamatkan satwa liar dan membersihkan pesisir dari mazut, produk minyak kualitas rendah. Pekan lalu pihak berwenang wilayah Krasnodar, Rusia mengumumkan masa darurat, setelah bahan bakar fosil itu masih naik ke pantai 10 hari sejak dua kapal tanker yang membawanya dihantam badai. Satu kapal terbelah dua, sementara satu lagi rusak dan kandas.

Baca Juga

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut peristiwa minyak tumpah ini sebagai "bencana ekologis." Pada Rabu (1/1/2025), pejabat Krasnodar mengatakan masih banyak minyak yang menutupi pantai Anapa, destinasi wisata populer di Crimea. Kementerian Kedaruratan Rusia mengatakan lebih 71 ribu ton pasir yang terkontaminasi minyak sudah diambil dari 56 kilometer garis pantai.

Pada 23 Desember lalu kementerian mengatakan mereka diperkirakan 200 ribu ton pasir yang terkontaminasi minyak. Sejumlah media Rusia mengkritik Kremlin dengan mengutip sukarelawan yang membantu membersihkan tumpahan minyak itu. Para sukarelawan mengatakan bantuan pemerintah pusat tidak cukup untuk menangani skala tumpahan.

Beberapa sukarelawan mengatakan mereka mengalami pusing, mual, dan muntah-muntah setelah berjam-jam menghirup bau beracun. Para sukarelawan juga mengeluhkan kurangnya peralatan dan langkah-langkah perlindungan.

Sukarelawan juga meminta pemerintah Rusia mengirimkan pakar untuk menilai dampak lingkungan dari bencana ini. Foto-foto yang tersebar di media sosial dan media lokal menunjukkan burung-burung laut terselimuti minyak yang berwarna hitam.

Pusat penyelamatan lumba-lumba setempat, Delfa mengatakan tumpahan minyak ini mungkin sudah menewaskan lebih dari 20 lumba-lumba. Delfa menambahkan mereka akan melakukan pengujian untuk memastikan berapa jumlah lumba-lumba yang mati.

Selat Kerch memisahkan Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia dari Ukraina. Selat ini merupakan rute pelayaran global yang penting, yang menyediakan jalur dari Laut Azov ke Laut Hitam.

Selat ini juga menjadi titik kunci konflik antara Rusia dan Ukraina setelah Moskow mencaplok semenanjung ini pada tahun 2014. Pada tahun 2016, Ukraina membawa Moskow ke Pengadilan Arbitrase Permanen, dan menuduh Rusia mencoba menguasai wilayah tersebut secara ilegal.

Pada 2021, Rusia menutup selat itu selama beberapa bulan. Bulan lalu, kepala penasihat kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak menggambarkan tumpahan minyak itu sebagai “bencana lingkungan berskala besar” dan menyerukan sanksi tambahan terhadap kapal tanker Rusia. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement