Kamis 02 Jan 2025 17:06 WIB

Ilmuwan Ungkap Penyebab 2024 Jadi Tahun Terpanas

Gelombang panas yang datang setelah badai menimbulkan dampak berganda.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Orang-orang menggunakan payung saat cuaca panas dan cerah, Tokyo. Rabu, 12 Juni 2024.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Orang-orang menggunakan payung saat cuaca panas dan cerah, Tokyo. Rabu, 12 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, MASSACHUSETTS-- Cina dan India sudah mengumumkan 2024 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat di negara-negara masing. Adapun lembaga-lembaga Amerika Serikat (AS) akan merilis data suhu tahunan pada 10 Januari mendatang.

Tahun 2024 sudah hampir dapat dipastikan mencetak rekor sebagai tahun terpanas sejak pencatatan dilakukan. Ilmuwan senior Woodwell Climate Research Center yang berpusat di Massachusetts, Jennifer Francis, mengatakan ada sejumlah faktor yang berkontribusi pada kenaikan suhu.a

Baca Juga

Francis mengatakan salah satunya pola cuaca alami El Nino, ketika permukaan air Samudera Pasifik menghangat dan mengubah pola cuaca di seluruh dunia. "Gelombang panas maritim di wilayah lain terutama di samudera Pasifik Utara dan Atlantik Utara, bergejolak pada tahun ini, sebagian besar disebabkan meningkatnya gas rumah kaca yang memerangkap panas," kata Francis seperti dikutip dari USA Today, Kamis (2/1/2024).

Francis menjelaskan, gelombang panas di daratan dan laut tahun ini menjadi jejak paling jelas dari pemanasan yang disebabkan manusia. Menurutnya, kemungkinan besar kenaikan suhu akan terus terjadi.

Ia menambahkan, manusia juga berkontribusi pada perubahan sistem iklim dunia termasuk perubahan pola angin yang tampaknya mengurangi awan yang dapat memantulkan energi matahari ke luar angkasa. Francis menjelaskan hal ini mengakibatkan lebih banyak panas yang ke permukaan bumi dan mencairkan lapisan es.

Para ilmuwan masih meneliti bagaimana suhu yang lebih hangat mempengaruhi atau dapat mempengaruhi peristiwa cuaca buruk di masa depan seperti gelombang panas, angin topan, dan badai konvektif yang menyebabkan kerusakan angin kencang dan tornado.

Seperti diketahui, jumlah tornado yang mendarat di AS tahun ini hampir tembus rekor. Samudra Atlantik dan Teluk Meksiko menjadi penghasil aktivitas badai yang produktif, meskipun jumlah badai yang terjadi tidak setinggi yang diperkirakan dalam prakiraan musiman.

Sepanjang 2024, lebih dari 200 orang meninggal dunia kibat lima badai yang menerjang daratan AS. Tahun lalu menjadi tahun dengan musim badai paling mematikan di AS sejak tahun 2005.

Wakil presiden bidang sains di Climate Central, Kristina Dahl mengatakan gelombang panas yang datang setelah badai, ketika masyarakat masih tidak memiliki listrik, sering kali menyebabkan dampak yang berlipat ganda. "Ini merupakan beberapa (peristiwa) yang paling mengerikan karena masyarakat (korban badai) masih belum memiliki listrik dan air," katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement