Kamis 23 Jan 2025 15:05 WIB

DLH Mataram Olah Makanan Sisa MBG Jadi Pakan Maggot

Selama ini pakan maggot diambil dari sampah rumah tangga.

Petugas menyiapkan paket makanan bergizi gratis (MBG) di dapur Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Cipulir, Jakarta, Selasa (14/1/2025). Dapur MBG Seskoal mendistribusikan sebanyak 3.000 sampai 4.000 makanan bergizi ke delapan sekolah dari TK sampai SMA yang berada di wilayah Cipulir.
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Petugas menyiapkan paket makanan bergizi gratis (MBG) di dapur Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Cipulir, Jakarta, Selasa (14/1/2025). Dapur MBG Seskoal mendistribusikan sebanyak 3.000 sampai 4.000 makanan bergizi ke delapan sekolah dari TK sampai SMA yang berada di wilayah Cipulir.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyatakan, siap menerima limbah makanan sisa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tidak dimakan siswa, untuk diolah menjadi pakan maggot. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi timbulan sampah dari program MBG.

Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Kamis, mengatakan, pihaknya akan menerima dengan senang hati jika limbah sisa MBG dialihkan ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya.

Baca Juga

"Kami beruntung kalau limbah makanan sisa program MBG diberikan, karena itu merupakan limbah yang langsung bisa diolah jadi pakan maggot tanpa harus melalui proses pemilahan," katanya, Kamis (23/1/2025).

Hal tersebut disampaikan menanggapi ada sebagian siswa dari 3.115 siswa penerima program MBG tahap pertama di Kecamatan Selaparang, Mataram, yang tidak menghabiskan menu MBG yang diberikan. Para siswa tidak menghabiskan menu tersebut dengan berbagai alasan seperti, karena sudah kenyang sebab menilai porsi banyak, kepedasan, bahkan ada siswa tertentu yang memang kurang suka atau belum terbiasa dengan olahan menu MBG.

"Daripada dibuang percuma, lebih baik dialihkan ke TPST jadi pakan maggot," katanya.

Selama ini, lanjut Vidi, untuk pakan maggot diambil dari sampah rumah tangga yang masuk ke TPST dan harus melalui tahapan pemilahan dan penggilingan menjadi bubur.

Sementara kalau sisa makanan MBG, tentu akan lebih mudah karena tidak perlu dilakukan pemilihan sebab jenis sampah sudah jelas sehingga limbah tinggal di cacah, dan diberikan langsung ke maggot. "Jadi mudah sekali kalau limbah makanan MBG, diberikan ke kami," katanya.

Lebih jauh Vidi mengatakan, produksi maggot saat ini sudah mencapai satu ton per hari, termasuk pengembangan di Mataram Manggot Center (MCC) Kebon Talo, Ampenan, yang rata-rata 600 kilogram per hari. "Dalam sehari pengembangan maggot di MMC membutuhkan 3 ton sampah sisa makanan dari rumah tangga. Karena itu, kami senang sekali kalau ada kerja sama sisa MBG diberikan ke TPST," katanya.

Data DLH Kota Mataram menyebutkan, volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari. Sebanyak 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan sejenisnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement