Kamis 06 Feb 2025 13:59 WIB

El Nino Sudah Berlalu, Tapi Bumi Terus Cetak Rekor Suhu Terpanas

Rata-rata suhu Januari 1,7 derajat Celsius lebih tinggi dari masa pra-industri.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Suhu panas bumi (ilustrasi). Januari 2025 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah.
Foto: www.freepik.com
Suhu panas bumi (ilustrasi). Januari 2025 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Bulan lalu menjadi Januari paling panas yang pernah tercatat dalam sejarah. Catatan ini melanjutkan serangkaian pecahnya rekor bulan-bulan terpanas dalam beberapa tahun terakhir.

Para ilmuwan Eropa mengatakan Januari 2025 melanjutkan rekor suhu panas luar biasa. Badan Perubahan Iklim Eropa, Copernicus (C3S) mengatakan 18 dari 19 bulan terakhir suhu bumi di atas 1,5 derajat Celsius dari rata-rata masa pra-industri.

Baca Juga

Dalam buletin bulanannya, C3S mengatakan suhu panas ini berlanjut hingga Januari lalu meski pola cuaca El Nino yang menghangatkan sebagian besar wilayah sudah berakhir dan beralihnya ke pola cuaca La Nina yang seharusnya mendinginkan suhu bumi. El Nino salah satu faktor yang membuat 2024 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat.

“Fakta kita masih melihat rekor suhu di luar pengaruh El Nino sedikit mengejutkan,” kata Pemimpin Strategis di Pusat Prakiraan Cuaca Jarak Menengah Eropa, yang menjalankan layanan C3S, Samantha Burgess, Rabu (5/2/2025).

Burgess mengatakan puncak El Nino sudah lebih dari satu tahun yang lalu. Rata-rata suhu dunia pada bulan Januari 1,7 derajat Celsius lebih tinggi dari rata-rata masa pra-industri.

Copernicus memperkirakan La Nina belum sepenuhnya terbentuk. Saat ini bumi dalam kondisi netral antara dua fase. Data model lainnya dapat bervariasi dan bulan lalu para ilmuwan Amerika Serikat mengatakan La Nina sudah terbentuk.

Burgess mengatakan, bahkan bila La Nina sudah terbentuk, dampak pendinginannya pada suhu bumi belum cukup menahan lonjakan suhu global yang juga dipengaruhi banyak faktor. Seperti perubahan iklim yang disebabkan emisi gas rumah kaca.

"Sejauh ini, faktor penyumbang terbesar terhadap pemanasan iklim kita adalah pembakaran bahan bakar fosil," katanya.

Para ilmuwan di Berkeley Earth dan badan meteorologi Inggris, Met Office mengatakan mereka memperkirakan tahun 2025 akan menjadi tahun terhangat ketiga yang pernah tercatat. Lebih dingin dari tahun 2024 dan 2023 karena adanya pergeseran ke arah La Nina, meskipun masih ada ketidakpastian tentang bagaimana fenomena tersebut akan berkembang.

Secara global, suhu permukaan laut rata-rata pada bulan Januari adalah yang tertinggi kedua yang pernah tercatat untuk bulan tersebut, hanya dilampaui pada bulan Januari 2024.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement