Senin 17 Feb 2025 17:22 WIB

Dampak Kebijakan Trump, Investor AS Hindari Pembicaraan Iklim

Perusahaan investasi mengganti diksi iklim dengan inovasi.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif setelah menandatanganinya pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Matt Rourke
Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif setelah menandatanganinya pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Sikap Presiden AS Donald Trump yang tak peduli dengan perubahan iklim mulai berdampak pada investasi hijau di Negeri Paman Sam. Manajer investasi maupun investor kini mulai menghindari istilah terkait iklim.

Hal ini seperti yang diungkapkan Kepala Bidang Investasi Green Alpha Investment, Garvin Jabusch. Seperti dikutip dari Bangkok Post, Senin (17/2/2025), selama satu dekade, Jabusch selalu menunjukkan data kenaikan suhu bumi dalam presentasinya kepada klien. Tapi kini, ia tidak lagi menggunakan data itu dan menghindari pembicaraan soal iklim.

Baca Juga

Green Alpha Investments mengelola aset senilai 300 juta dolar AS. Jabusch bukan satu-satunya investor yang berfokus pada iklim yang mulai menghindari pembahasan mengenai pemanasan global dan topik terkait.

Jabusch mengatakan saat ini ia lebih menekankan pada inovasi dan teknologi saat berdiskusi tentang investasi dengan kliennya. Ia mencontohkan saat membicarakan kendaraan listrik, ia lebih banyak membahas keunggulan teknologi daripada jejak karbonnya yang rendah.

Ia juga membahas bahwa kemajuan teknologi akan membuat energi surya dan energi bersih lainnya lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar berbasis komoditas. "Ini adalah pesan (perubahan iklim) yang mungkin lebih positif saat ini," kata dia.

Perusahaan investasi berkelanjutan terbesar AS, Parnassus Investment, juga mulai menghilangkan istilah "bebas bahan bakar fosil" di laman resminya. Perusahaan aktivis yang sempat mengguncang ExxonMobil Corp pada 2021 lalu, Engine No 1 juga menghapus kata itu di situsnya.

Mereka menggantinya dengan mengatakan performa perusahaan "sangat diperkuat" oleh investasi pada pekerja, komunitas, dan lingkungan. Kini perusahaan itu mengatakan berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memperkuat inovasi dan mendorong reindustrilisasi di Amerika Serikat."

Mengganti pesan agar sesuai dengan pasar bukan sesuatu yang baru. Namun setelah investasi ramah lingkungan mengalami penurunan selama empat tahun terakhir dan semakin gencarnya serangan dari Partai Republik yang mendukung perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil, kini semakin banyak investor berkelanjutan yang mulai menghindari pembahasan tentang iklim.

Presiden AS Donald Trump yang dilantik bulan lalu menarik Amerika dari Perjanjian Paris. Ia juga banyak membatalkan pendanaan untuk proyek-proyek transisi energi.

Para peneliti perusahaan riset investasi Morningstar Inc mengatakan mundurnya perusahaan-perusahaan investasi pada isu iklim diikuti penarikan pendanaan hingga 20,1 miliar dolar AS tahun lalu.

Sementara itu, Presiden Engine No 1 Erik Belz mengatakan perusahaannya selalu fokus pada menciptakan nilai bagi pemegang saham. Ia menambahkan kampanye di Exxon difokuskan pada tata kelola dan alokasi modal. Ia menegaskan hal itu bukan tentang ideologi atau bahan bakar fosil atau energi terbarukan.

Ada kekhawatiran mundurnya Amerika dari peran global dalam memimpin investasi hijau akan memberikan peluang bagi Cina untuk mengisi kekosongan tersebut. Cina berencana meluncurkan obligasi hijau di London untuk menarik minat investor internasional.

Obligasi hijau ini akan menjadi indikator seberapa besar minat investor internasional untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang berfokus pada keberlanjutan, meskipun Cina adalah negara dengan emisi karbon tertinggi di dunia.

Penerbitan obligasi ini diharapkan dapat menunjukkan komitmen Cina terhadap keuangan hijau dan kepemimpinan dalam isu lingkungan, meskipun ada kontradiksi karena statusnya sebagai pencemar terbesar di dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement