REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kementerian Perindustrian Korea Selatan (Korsel) telah menyelesaikan rencana bauran energi terbaru mereka. Dalam rencana tersebut, Korsel ingin membangun dua pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) skala besar dan satu reaktor skala kecil pada 2038.
Dalam pernyataannya pada Jumat (21/2/2025), kementerian mengatakan rencana itu juga bertujuan untuk mengamankan energi terbarukan dengan rata-rata 7 gigawatt per tahun pada 2030. Korsel mengatakan PLTN mereka diperkirakan tumbuh dari 180,5 terawatt per jam pada 2023 menjadi 248,3 terawatt per jam pada 2038.
Porsi PLTN pada bauran energi diperkirakan tumbuh dari 30,7 persen pada 2023 menjadi 35,2 persen pada 2038. Perekonomian terbesar keempat Asia itu juga berencana meningkatkan energi terbarukannya empat kali lipat dari 49,4 terawatt per jam menjadi 205,7 terawatt per jam pada 2038.
Korsel mengimpor 98 persen konsumsi bahan bakar fosilnya. Negara itu ingin meningkatkan porsi energi terbarukan pada bauran energinya dari 8,4 persen pada 2023 menjadi 29,2 persen pada 2038.
Dengan rencana ini, pembangkit listrik bebas karbon Korsel baik dari nuklir maupun energi terbarukan akan mencapai 70 persen pada tahun 2038. Korsel menargetkan kapasitas pembangkit listriknya pada 2038 menjadi 157,8 gigawat, elampaui kapasitas fasilitas yang direncanakan yang seharusnya mampu menghasilkan 131,2 gigawatt.
Saat ini Korsel memiliki 26 PLTN dan sedang membangun empat lagi. Kementerian mengatakan dibutuhkan dua PLTN skala besar tambahan lagi untuk mencapai target 157,8 gigawatt pada 2037-2038.
Korsel juga berencana mengadopsi reaktor modul kecil (SMR) yang dapat memberikan 0,7 gigawatt pada 2035-2036 Negeri Ginseng ingin mengurangi pembangkit listrik tenaga batu bara dari 184,9 terawatt per jam pada 2023 menjadi 70,9 terawatt pada 2038, serta mengurangi porsi pembangkit listrik tenaga batu bara pada baruan energi dari 31,4 persen pada 2023 menjadi 10,1 persen pada 2038.
Korsel mempertahankan rencananya untuk mengonversi 28 unit fasilitas pembangkit listrik batu bara yang sudah tua menjadi gas alam cair. Korsel jugamenargetkan untuk mengonversi 12 unit pembangkit listrik batu bara tambahan yang akan ditutup pada tahun 2037-2038 menjadi sumber daya bebas karbon seperti pembangkit listrik tenaga air, hidrogen, dan pembangkit listrik campuran amonia.