Rabu 26 Feb 2025 18:55 WIB

Uni Eropa Ingin Percepat Proyek Energi Terbarukan

Negara-negara diminta meningkatkan dukungan pada industri energi bersih.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Kincir angin di Desa Zaanse Schans, Zaandam, Belanda.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Kincir angin di Desa Zaanse Schans, Zaandam, Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisi Eropa mengatakan rencana kebijakan energi Uni Eropa yang baru akan memangkas tagihan impor bahan bakar fosil hingga 45 miliar euro atau 47,3 miliar dolar AS. Komisi akan merilis rencana kebijakan yang bertujuan mendukung industri-industri Eropa yang mengalami berbagai kesulitan.

Rancangan rencana itu mengusulkan agar izin proyek-proyek energi terbarukan dipercepat. Dalam rencana itu, Komisi Eropa juga mengusulkan agar penetapan tarif energi diubah. Komisi juga mendorong pemerintah negara anggota Uni Eropa untuk meningkatkan dukungan pada industri energi bersih.

Secara kesuluruhan, berdasarkan analisa Komisi Eropa, langkah-langkah ini dapat menurunkan tagihan impor bahan bakar minyak dan gas Uni Eropa hingga 45 miliar euro pada tahun 2025 serta menghemat pengeluaran 130 miliar euro pada tahun 2030. Pengurangan pengeluaran ini sebagian besar karena ekspansi energi terbarukan dan turunnya pengeluaran dari bahan bakar fosil.

"Sudah jelas (proyek-proyek energi terbarukan) juga memerlukan banyak investasi, tetapi kita juga harus ingat, tidak melakukan apa pun juga mahal, jadi kami berhemat dengan tidak membeli bahan bakar dari luar," kata Komisioner Energi Uni Eropa Dan Jorgensen, Rabu (26/2/2025).  

Komisi Eropa tidak bisa memaksa negara anggota Uni Eropa untuk mengikuti semua rencana energi baru, termasuk rekomendasi untuk segera memangkas pajak nasional yang menaikan tagihan energi. Namun, Jorgensen mengatakan bila pemerintah-pemerintah negara anggota serius menjaga harga energi, mereka akan segera bertindak. "Artinya mengimplementasikan peraturan dan regulasi yang sudah dibuat dan mengeksploitasi peluang yang pada akhirnya menurunkan harga," katanya.

Berdasarkan data Komisi Eropa, pembelian energi Eropa mengalami fluktuasi beberapa tahun terakhir. Selama pandemi Covid-19 pada 2020, Uni Eropa mengimpor bahan bakar fosil hingga 163 miliar euro. Hingga puncaknya mencapai 604 miliar euro pada tahun 2022, setelah Rusia menghentikan pengiriman gas alam ke blok itu sehingga menaikan harganya.  

Eropa berencana untuk membatasi penggunaan gas untuk memenuhi target iklim. Tetapi benua itu juga menghadapi berbagai tantangan, mulai dari tingginya harga energi sampai ancaman dari Presiden AS Donald Trump, yang sebelum menjabat pada bulan Januari memperingatkan Uni Eropa untuk membeli lebih banyak minyak dan gas AS atau dikenakan tarif. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement