Sabtu 01 Mar 2025 12:21 WIB

Tak Perlu Antre Gas Melon, Peternak di Lembang Berlimpah Biogas dari Kotoran Ternak

Setelah dua bulan ini memasang biogas menjadi lebih hemat dalam pengeluaran uang.

Instalasi Biogas modern Sistema.bio dipasang di halaman rumah salah satu peternak di Lembang
Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Instalasi Biogas modern Sistema.bio dipasang di halaman rumah salah satu peternak di Lembang

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Belum lama ini, masyarakat di hebohkan dengan sulitnya mencari gas 3 Kg. Kalau pun tersedia, warga harus mengantre cukup lama. Namun, kondisi ini tak dialami oleh para peternak sapi di Lembang yang tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang. Karena, mereka mendapatkan bantuan program sistem biodigester, yang dapat mengubah kotoran ternak dan limbah organik menjadi biogas melalui fermentasi anaerobik.

Menurut Ketua KPSBU Lembang, Drs Dedi Setiadi, awalnya koperasinya didirikan oleh 68 peternak dengan 300 sapi dan menghasilkan 650 liter susu. Namun, sekarang jumlah peternak berkembang menjadi 7.100 peternak dengan 19.104 sapi. Dengan jumlah sapi yang cukup banyak ini, bisa menghasilkan 190.713 Kg kotoran sapi per hari. Kotoran sapi ini lah, yang bisa diolah menjadi biogas.

Baca Juga

"Saat ini, di KPSBU Lembang sudah terpasang 14 biogas dari 36 biogas yang direncanakan. Jadi, gas melon hilang, kami tak masalah karena punya kotoran hewan," ujar Dedi dalam acara mini talk show yang digelar di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, belum lama ini.

Dadan Wahyudin, ia bersyukur setelah dua bulan ini memasang biogas menjadi lebih hemat dalam pengeluaran uang. Karena, biasanya setiap minggu ia menghabiskan 1 gas melon. Namun, setelah mendapatkan bantuan pemasangan instalasi gas, pengeluarannya jadi lebih hemat. Ia pun, sekarang tak ragu mandi dengan air hangat karena memasak airnya pakai gas gratis.

Setiap hari, kata dia, ia mengisi 20 Kg kotoran dari 5 ekor sapi. Setiap sapi itu, biasanya perhari bisa menghasilkan 25 Kg kotoran sapi. Jadi, dari sisi bahan baku untuk menghasilkan biogas, ia tak kekurangan.  Saat instalasi biogas baru pertama kali terpasang, ia mengisi dengan 500 liter kotoran. Sebelum dimasukan ke instalasi, kotoran tersebut harus dicampur dengan air. Komposisinya, 2 air dan  1 kotoran atau 2 banding 1.

"Alhamdulillah, setelah punya biogas sekarang gas melimpah gak pernah kehabisan, gak harus ngantri nyari-nyari gas. Harapannya, peternak bisa dapat bantuan semua. Kalau tanpa bantuan kan biaya pemasangan instalasinya cukup besar, sekitar Rp 1,4 hingga 1,6 juta kalau kemarin saya gratis," paparnya.

PT Biru Karbon Nusantara (BKN) sendiri, merupakan unit bisnis Yayasan Rumah Energi terus berkomitmen melakukan pengembangan teknologi biogas di masyarakat. Mereka mengelola dana kredit karbon dari Program Biogas Domestik Indonesia untuk mendukung inovasi di sektor energi terbarukan dan pertanian. Business Development Manager PT BKN Agung Permadi mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan proyek percontohan teknologi biogas modern di Indonesia. Tercatat hingga akhir Februari 2025, sebanyak 370 dari 400 unit biogas telah terpasang, atau sekitar 92 persen dari target. Instalasi tersebar di tiga wilayah utama, yakni Jawa Barat (Jabar) dengan 196 unit, Toraja 50 unit, dan Lombok 35 unit.

Agung mengatakan, proyek percontohan biogas modern ini dimulai pada akhir Oktober 2024. Dalam tiga bulan pertama, 92 persen sistem biogas telah terpasang di tiga wilayah. "Proyek ini ditargetkan selesai pada Maret 2025, dengan total 400 unit biogas modern yang telah terpasang," ujar Agung.

Agung mengatakan, pihaknya ingin memperkenalkan proyek percontohan Sistema.bio, yang difasilitasi oleh Forward7. "Proyek ini dilaksanakan di dua negara, yaitu Indonesia dan Nepal, dengan PT BKN sebagai pelaksana di Indonesia," katanya.

Agung berharap proyek ini dapat diperpanjang dan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendanaan, agar manfaatnya semakin luas. "Dengan pencapaian yang hampir selesai, proyek ini diharapkan dapat menjadi titik awal bagi pengembangan energi bersih yang lebih masif di Indonesia," kata dia. 

Menurut Agung, penggunaan biogas modern ini sebagai langkah signifikan dalam memperluas akses energi bersih bagi peternak sapi perah skala kecil. Di Jabar sendiri, selain di Lembang Sistema.bio ini dibangun juga di Garut dan Sumedang. Ketahanan, instalasi sendiri, didesain bisa tahan 15 sampai 20 tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement