Jumat 07 Mar 2025 11:29 WIB

Inggris Desak Dunia Pertahankan Tujuan Iklim

Inggris menyatakan akan terus mengejar target iklim.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Emisi karbon (ilustrasi).  Inggris mendesak negara-negara untuk terus mempertahankan target iklim.
Foto: www.freepik.com
Emisi karbon (ilustrasi). Inggris mendesak negara-negara untuk terus mempertahankan target iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, PRETORIA -- Inggris mendesak dunia terus mengejar pemangkasan emisi gas rumah kaca sesuai dengan Perjanjian Paris. Negara-negara harus terus bertindak meski Amerika Serikat (AS) keluar dari kesepakatan global untuk mengatasi perubahan iklim itu.

Perwakilan Khusus Iklim Inggris Rachel Kyte menegaskan Inggris akan terus mengejar target-target iklimnya. Bulan lalu Presiden Donald Trump menarik AS yang merupakan penghasil emisi terbesar kedua di dunia dari perjanjian membatasi suhu bumi di bawah 2 derajat Celsius dari masa pra-industri.

Baca Juga

"Masyarakat di seluruh dunia memperhatikan AS keluar dari Perjanjian Paris, tapi kami harus melanjutkannya, sains tidak berubah, tidak ada negara lain yang mengubah posisinya, arah perjalanan masih sama," kata Kyte di Pretoria, Afrika Selatan, Kamis (6/3/2025).

Pada Senin (3/3/2025), Menteri Energi AS Chris Wright menyebut perjanjian untuk mencapai nol emisi karbon sebagai "tujuan jahat." Ia juga menyerang target-target energi bersih Inggris.

"Ketahanan energi, ketahanan pangan (Inggris) dan kesejahteraan rakyat Inggris sepenuhnya terkait dengan kemampuan (dunia) untuk mengelola krisis iklim ini, jadi disayangkan Amerika Serikat keluar tapi kami bergerak maju," kata Kyte.

Keputusan Inggris menggunakan Dana Kekayaan Negara untuk pertahanan menimbulkan kekhawatiran menurunnya dana untuk energi bersih. Kyte mengatakan belum ada keputusan bagaimana dana akan dialokasi. Kyte menjelaskan transisi energi bukan "permainan satu pemenang" karena pendanaan publik efektif menarik investasi dari swasta.

AS juga dilaporkan keluar dari semua program Just Energy Transition Partnership  (JETP). Kolaborasi negara kaya untuk membantu negara-negara berkembang termasuk Indonesia, Vietnam, dan Afrika Selatan untuk beralih dari batu bara ke energi bersih.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan dampaknya, tetapi semua mitra lainnya tetap bertahan, dan  mengerahkan modal yang pada gilirannya akan menarik investasi komersial," kata Kyte.

Di situs resminya, Sekretariat JETP Indonesia mengungkapkan sudah mengidentifikasi 19 program kegiatan yang sudah berlangsung dengan total nilai 144,6 juta dolar AS. Pendanaan itu dikelola oleh Bank Dunia, United Nations Office for Project Services Energy Transition Partnership (UNOPS ETP), Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), International Energy Agency (IEA), Agence Française de Développement (AFD), Asian Development Bank (ADB), Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ) serta Millennium Challenge Corporation (MCC).

Sekretariat JETP Indonesia mengatakan beberapa merupakan program kerja sama pembangunan di sektor energi yang sudah diluncurkan atau diumumkan sebelum adanya JETP Indonesia. Tetapi sekarang menjadi bagian dari kerja sama pendanaan itu. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement