Selasa 20 May 2025 21:34 WIB

Tidak Satu Suara, Komunitas Ojol Klaim Tetap Saling Menghormati   

Ada beberapa tuntutan yang disampaikan Asosiasi Pengemudi Ojol.

Rep: Bayu Adji/ Red: Muhammad Hafil
Pengemudi ojek online (Ojol) menggelar aksi di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (20/5/2025).  Pengemudi ojek daring yang tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Ojol Garuda Indonesia menggelar aksi disejumlah titik di Jakarta yakni di kawasan Patung Kuda, Gedung DPR RI hingga kantor Kementerian Perhubungan. Aksi tersebut digelar untuk menyuarakan sejumlah tuntutan salah satunya kebijakan potongan biaya aplikasi sebesar 20 persen oleh aplikator yang dinilai memberatkan para pengemudi ojek online.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengemudi ojek online (Ojol) menggelar aksi di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (20/5/2025). Pengemudi ojek daring yang tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Ojol Garuda Indonesia menggelar aksi disejumlah titik di Jakarta yakni di kawasan Patung Kuda, Gedung DPR RI hingga kantor Kementerian Perhubungan. Aksi tersebut digelar untuk menyuarakan sejumlah tuntutan salah satunya kebijakan potongan biaya aplikasi sebesar 20 persen oleh aplikator yang dinilai memberatkan para pengemudi ojek online.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seribuan orang pengemudi ojek daring atau online (ojol) dari berbagai komunitas melakukan aksi di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (20/5/2025). Adapun tuntutan utama dalam aksi itu salah satunya adalah meminta potongan dari aplikator kepada pengemudi tidak lebih dari 10 persen.

Meski begitu, tidak seluruh komunitas yang hadir menuntut hal serupa. Salah satu komunitas dalam aksi tersebut menyatakan tidak masalah dengan pemotongan sebesar 20 persen dari aplikator kepada pengemudi ojol. Namun, mereka meminta aplikator menaikkan tarif agar pendapatan pengemudi bisa bertambah.

Baca Juga

Tak hanya itu, ada juga komunitas yang memilih tetap bekerja ketika para pengemudi ojol melakukan aksi dan mematikan aplikasi karena tidak ingin menarik pelanggan. Pasalnya, mereka mengaku harus mencari rezeki alih-alih ikut aksi.

Ketua Umum Keluar Besar Driver Jabodetabek (KBDJ) Freddy Santoso Suherli, mengaku menghormati dan mendukung perjuangan teman-temannya yang melakukan aksi. Namun, komunitasnya memilih tetap bekerja agar bisa mendapatkan uang.

"KBDJ tetap on bid, mencari rezeki untuk menghidupi kebutuhan hidup sehari-hari di luar tempat aksi tersebut," kata dia, Senin (20/5/2025).

Menurut dia, semua pihak harus menghargai adanya perbedaan itu. Pasalnya, tidak semua orang memiliki waktu untuk melakukan aksi.

"Karena ojol memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari bukan seperti karyawan yang digaji bulanan. Jadi saling menghargai dan menghormati," kata Freddy. 

Sementara itu, Ketua Dewan Presidium Daerah Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, Fikri Nurul Hafid, menilai perbedaan itu merupakan hal yang wajar. Pasalnya, Indonesia merupakan negara demokrasi yang menghormati setiap perbedaan yang ada.

"Kalau kami, saya dari Garda satu suara. Namun, dari teman-teman kan banyak. Ini kan negara demokrasi. Ada perbedaan, ada juga persamaan," kata dia kepada Republika, Selasa (20/5/2025)

Ia menambahkan, pihaknya juga tidak meminta setiap pihak untuk satu suara dengan komunitasnya. Bahkan, pihaknya juga tidak memaksa para pengemudi untuk ikut aksi.

"Kami juga hari ini tidak ada sweeping," ujar dia.

Diketahui, dalam aksi itu, setidaknya ada beberapa tuntutan yang disampaikan Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia. Beberapa di antaranya adalah menetapkan potongan maksimal 10 persen dari aplikator kepada pengemudi, merevisi tarif penumpang, serta menghapus program yang mengharuskan pengemudi bayar kepada aplikator. 

 

Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Serikat Pengemudi Online Indonesia (Sepoi) Einstein Dialektika mengaku tidak ambil pusing dengan banyaknya suara dari masing-masing komunitas. Menurut dia, para pengemudi ojol tetap akan bersatu dalam persaudaraan meski berbeda pendapat. 

 

"Kami bersatu dalam satu persaudaraan," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement