Berlandas pemaknaan distortif terhadap ayat yang bicara soal perang, kaum atheis selalu mengkampanyekan bahwa agama adalah pemicu perang. Pekan lalu televisi Al Jazeera membahas tema tersebut. Berikut bagian terakhir dari tiga tulisan yang menyimpulkannya untuk rubrik Islam Digest di Republika Online.
-------------
Lalu bagaimana dengan penjelasan soal ayat-ayat yang menyiratkan perang dalam Alquran? Shaker Al Sayed menjelaskan bahwa selama ini banyak pandangan yang menilai Alquran mendorong umat Islam untuk menjalankan tindak kekerasan atas nama agama terhadap umat lain. Pandangan seperti ini, sangatlah keliru.
Alquran, tutur dia, sangat kuat mendorong umat Islam untuk menegakkan perdamaian. Bahkan dalam medan perang, menurut dia, umat Islam senantiasa didorong untuk menggiring semua pihak ke situasi damai.
Pernyataan dalam Surat At Taubah ayat 5, ungkap dia, banyak disalahtafsirkan karena dibaca secara terlepas dari konteksnya. Menurut dia, pernyataan dalam ayat tersebut merujuk pada semua lokasi di medan pertempuran. "Ini sungguh gila, jika ayat tersebut kemudian dimaknai sebagai perintah untuk membunuh semua orang non-Muslim di manapun berada," ujar dia.
Pemahaman bahwa istilah dimana saja itu hanya terbatas di medan pertempuran itu pun, dinilainya, telah dijalankan oleh sebagian besar umat Islam. Buktinya, tutur dia, selama berabad-abad umat non-Muslim bisa hidup berdampingan dengan umat Islam di berbagai belahan dunia.
Kata dia, sama sekali, Alquran tidak pernah mengajarkan kekerasan. Peperangan yang diizinkan oleh Allah SWT adalah peperangan umat Islam dalam posisi membela diri. Hanya, menurut dia, selama ini banyak pihak yang mencoba mempolitisasi ayat tersebut untuk mengesankan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan.
Shaker kemudian mengutip ungkapan yang sangat terkenal soal pendistorsian terhadap Islam itu. "Kalau umat Islam menyalak, maka itu digolongkan sebagai aksi terorisme. Tapi ketika umat Kristen menggigit, maka ini hanya tindak kriminal," kata dia mengumpamakan. Di internal Muslim, diakuinya, memang masih ada kalangan yang terbawa oleh penafsiran manipulatif terhadap ayat tersebut.
Untuk mengatasi kesalah pahaman di internal Muslim, Shaker, menyatakan bahwa pihaknya akan menjadikan kalangan muda sebagai sasaran utamanya. Menurut dia, kaum muda pada umumnya sangat emosional. Intinya, imbuh dia, seluruh pusat kajian Islam di dunia ini senantiasa membuka pintu untuk semua pihak yang ingin mendapatkan informasi soal agama tersebut.
Karena itu, menurut Shaker, agen-agen rahasia seperti FBI tidak perlu membuat program 'infiltasi' terhadap kelompok Muslim. Dia menilai bahwa istilah tersebut hanya cocok untuk diterapkan bagi kelmpok yang sifatnya tertutup. Shaker menekankan bahwa Islam bukanlah agama yang tertutup. Islam sangat membuka diri.