KOTA GAZA--Hamas hari Minggu menyatakan menyelidiki kematian empat orang Palestina di dalam sebuah terowongan penyelundup antara Jalur Gaza dan Mesir. Hamas sebelumnya menyatakan, orang-orang itu tewas akibat racun yang disemburkan oleh pasukan Mesir ke dalam terwongan tersebut, namun Kairo membantah tuduhan itu.
Sebuah pernyataan dari kementerian dalam negeri pemerintah Hamas di Gaza mengatakan, mereka telah membentuk sebuah komite untuk menyelidiki kematian keempat orang itu pekan lalu dan mendesak Mesir juga melakukan penyelidikan. Hamas berjanji bekerja sama dengan pihak berwenang Kairo. Sejumlah petugas medis Palestina yang bekerja untuk kementerian kesehatan di bawah pemerintahan Hamas mengatakan setelah insiden Rabu lalu itu, empat orang mati lemas di dalam terowongan itu dan ada bukti mengenai gas beracun.
"Hamas menganggap Mesir bertanggung jawab atas pembunuhan empat pekerja yang tidak berdosa setelah pasukan keamanan Mesir menyemburkan gas beracun ke dalam salah satu terowongan itu," kata juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri kepada wartawan di Gaza. Mesir membantah tuduhan Hamas bahwa pasukannya menyemburkan gas ke dalam terowongan itu. "Tentu saja itu sepenuhnya salah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir Hossam Zaki kepada AFP, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Setelah peristiwa mematikan itu, beberapa pejabat keamanan Mesir mengatakan, pasukan menghancurkan empat terowongan penyelundup di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir namun tidak mengetahui ada korban.
Lebih dari 120 orang Palestina tewas akibat terowongan runtuh atau oleh operasi militer Israel yang ditujukan pada terowongan-terowongan sejak Hamas menguasai Jalur Gaza, kata petugas medis. Kairo meningkatkan upaya kontroversialnya untuk memberantas penyelundupan ke Gaza melalui terowongan dan laut, di bawah tekanan-tekanan dari Israel dan AS, untuk mencegah pejuang Palestina memperoleh pasokan senjata.
Jalur Gaza, wilayah miskin yang berpenduduk 1,5 juta jiwa, sangat bergantung pada jaringan luas terowongan di perbatasan dengan Mesir bagi sebagian besar perbekalan sejak Israel dan Mesir menutup Gaza, kecuali untuk barang-barang keperluan sangat terbatas, setelah Hamas menguasai daerah itu tiga tahun lalu. Hamas hingga kini masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir Jalur Gaza pada 2005 namun tetap memblokadenya.
Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008. Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Pasukan Israel juga berulang kali membom daerah perbatasan Gaza dengan Mesir sejak mereka memulai ofensif pada 27 Desember 2008 dalam upaya menghancurkan terowongan-terowongan penyelundup yang menghubungkan wilayah miskin Palestina itu dengan Mesir. Angkatan Udara Israel membom lebih dari 40 terowongan yang menghubungkan wilayah Jalur Gaza yang diblokade dengan gurun Sinai di Mesir pada saat ofensif itu dimulai.
Terowongan-terowongan yang melintasi perbatasan itu digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke wilayah Jalur Gaza yang terputus dari dunia luar karena blokade Israel sejak Hamas menguasainya pada 2007. Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel tewas selama perang itu.
Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel. Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.