Berawal dari sebuah keinginan, Dikra Ait Nancere kemudian membuat produk dengan label N-ti. Dalam bahasa Arab berarti Anda (perempuan). Melalui produk ini, ia ingin memenuhi kebutuhan rancangan jilbab bagi perempuan Muslim yang ada di Montreal, Kanada. Sebagian besar mereka adalah perempuan aktif dan pekerja.
Berdasarkan pengamatannya, ia waktu itu merasa belum menemukan rancangan jilbab yang mampu memenuhi kebutuhan perempuan Muslim modern di kota tersebut. Maka, tahun 2007, menjadi langkah awal baginya untuk memenuhi hasratnya. Ia merancang pakaian kasual untuk perempuan Muslim di basement rumahnya.
Rancangan perdana yang dibuat, ia tunjukkan kepada kalangan terbatas. Sejumlah teman ia undang untuk melontarkan komentar. Bahkan, ia juga membentuk sebuah kelompok yang secara khusus diminta memberikan masukan atas rancangan yang telah ia buat.
"Mereka menyukai ide saya itu dan saya melihat ada potensi bisnis di sana," katanya seperti dikutip Arab News, akhir April 2010 lalu. Dan, sejarah pun tertoreh. Pada Mei 2008, ia menghadiri perayaan pembukaan butik N-ti yang pertama. Butik yang menawarkan pakaian simpel dan trendi bagi Muslimah.
Nancere, perempuan Kanada asli Maroko yang kini memimpin N-ti itu, mengatakan jilbab ada di seluruh dunia. Setiap negara memiliki gaya uniknya sendiri-sendiri. Ada jilbab bergaya Arab Saudi, Maroko, Mesir, dan juga bergaya Kanada.
Menurut dia, di Kanada masih jarang jilbab yang kasual dan praktis bagi para perempuan Muslim. Nancere menambahkan, banyak perempuan Muslim di Montreal yang bekerja. Melalui N-ti, ia ingin menyuguhkan beragam pilihan pakaian yang mungkin cocok bagi mereka.
"Saya berkewajiban menawarkan pilihan pakaian untuk perempuan pekerja dan pakaian itu praktis bagi pekerjaan mereka," ujar Nancere. Ia mengakui, keberhasilan mendirikan sebuah butik jilbab itu bukanlah hal mudah untuk dilalui. Banyak rintangan yang harus ia taklukkan.
Nancere mengungkapkan, ia menghadapi masalah keuangan dan merek setelah ia mendaftarkan butiknya sebagai toko busana Muslim. Ia mengatakan, banyak toko yang telah berdiri menjual makanan halal hingga buku-buku Islam. Tetapi, toko yang ia dirikan, merupakan yang pertama menjual pakaian Muslim di Montreal.
Namun, tantangan itu tak membuatnya kendur. Ia berhasil membuka butiknya dengan suntikan dana dari sejumlah sumber, baik teman maupun keluarganya. Pada 2009, ia memutuskan memperbesar usahanya dengan menjadikan tokonya sebagai sebuah perusahaan, N-ti Inc. Sang suami, pun memberi sokongan operasi perusahaan ini.
Nancere mengakui, risiko memang menghadang pilihannya itu. Namun, ia sejak awal telah yakin bahwa pilihannya itu tak salah. Dalam kurun waktu satu tahun setelah berdirinya N-ti Inc, ia menyiapkan untuk ketiganya koleksi pakaian musim semi dan panas.
Menurut Nancere, koleksi ini tak hanya dipajang untuk para langganan butiknya. Namun, pakaian rancangannya juga dikenakan para model di panggung peragaan busana. Koleksi pakaian untuk para perempuan Muslim yang bertema 'Wind of Sand' itu, ditampilkan dalam peragaan busana pertama yang digelar N-ti.
Acara tersebut digelar pada awal April lalu di Montreal. Acara yang menampilkan rancangan hijab itu rencananya akan digelar secara reguler. Model non-Muslim Kanada kelahiran Prancis, Audrey Gueria, Elsa Desloges, dan Mariam, mengenakan koleksi N-ti dalam peragaan itu.
Mereka mengungkapkan, ini merupakan pengalaman menarik. "Saya berasal dari wilayah sub-urban, dengan peragaan ini saya berkesempatan mempelajari sebuah kultur baru. Bagi saya, ini sangat menarik," ujar Audrey. Mereka berjalan di panggung diiringi musik Islami.
Di belakang saat mereka berjalan menyusuri panggung peragaan, musik milik Outlandish dan Sami Yusuf diputar. Sementara, Shaima Mahmoud, seorang pegawai bank, mengatakan pertunjukan pakaian itu berjalan dengan baik. Ia mengatakan, N-ti menawarkan pakaian untuk para ibu dan perempuan yang ingin tetap gaya.
Lalu, bagaimana masa depan N-ti selanjutnya. Nancere mengatakan, ia akan mengembangkan sistem waralaba untuk usahanya itu. "Dalam kurun waktu setahun ini, saya berkeinginan bisa membuka sebuah toko di Toronto," katanya. Ia memiliki mimpi, ada satu toko di setiap kota besar.
Titik terang bagi perkembangan busana Muslim ini begitu kontras dengan kondisi yang kini terjadi di Eropa. Jilbab sedang menjadi 'musuh bersama' di wilayah tersebut. Berbagai negara di Eropa pun berlomba untuk melarang Muslimah mengenakan jilbab di tempat umum. Saat di Eropa menghadapi tekanan, jilbab di Kanada justru terus mengundang minat.