JAKARTA-–Presiden Persatuan Wanita Muslim Internasional (International Moslem Women Union, IMWU), Tuty Alawiyah menyatakan, Islam mendorong perempuan muslim untuk berani berperan dalam berbagai bidang termasuk politik. Hal itu karena Islam tidak memandang perempuan lebih rendah dibandingkan pria, tapi sama. ‘’Tidak ada perbedaan antara perempuan dan pria dalam Islam termasuk dalam kepemimpinan umat. Sama-sama punya tanggung jawab dalam penegakan amar maruf nahi munkar dan juga untuk taat pada Allah dan Rasul,’’ katanya kepada Republika usai menghadiri semiloka perempuan dan Islam jelang Kongres Umat Islam Indonesia (KUII), Rabu, (5/5).
Menurut Tuty, saat ini peran perempuan sebagai kekuatan penyeimbang di Indonesia belum optimal terlaksana. Padahal, peran tersebut penting dilakukan untuk memperjuangkan kebenaran dan memberantas kejahatan.
Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan saat ini adalah mendorong lebih banyak perempuan untuk mau dan berani berperan dalam berbagai bidang kehidupan manusia termasuk politik. ‘’Ini penting karena banyak undang-undang dan persoalan yang subtansial yang perempuan harus ikut untjuk memutuskan agar bisa dilaksanakan secara benar oleh semua secara seimbang,’’ katanya yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Rektor Universitas Islam Assyafiiyah (UIA) ini.
Tuty juga mengaku mendukung bila ada perempuan yang mau berperan sebagai pemimpin karena memang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Agama samawi ini malah memberikan peluang sama bagi muslim perempuan dan pria untuk berkontribusi bagi masyarakat melalui kepemimpinan umat. ‘’Memang ada perbincangan mengenai isu ini, tapi saya termasuk yang mendukung dan bersikap tidak apa-apa kalau perempuan mau jadi pemimpin,’’ katanya.
Karena itu, menurut Tuty, perempuan muslim seharusnya diberikan kesempatan untuk bersaing dengan kandidat lain untuk menjadi pemimpin. Hal itu asalkan dia memang memenuhi tiga kriteria, yakni spritualitas, intelektualitas, dan profesionalitas.
Spriritualitas dimaksud adalah dia memiliki berakhlak baik dan memiliki iman kuat. Intelektualitas adalah dia memiliki pengetahuan memadai untuk memimpin. Sementara, profesionalitas adalah dia bisa menjalankan kepemimpinan dengan baik. ‘’Jadi, kuncinya dia mampu dan memegang norma etika,’’ katanya.
Tuty juga menyebutkan, saat ini semakin banyak perempuan muslim menjadi pemimpin. Salah satunya ditunjukkan Indonesia beberapa tahun lalu yang dipimpin oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Selain itu, di sejumlah negara mayoritas muslim seperti Turki dan Pakistan, cukup banyak perempuan menjadi pemimpin. Fakta ini menunjukkan perempuan bisa berperan penting dalam mengurus kehidupan masyarakat seperti pria.