YANGON--Kabar kelabu bagi rakyat Myanmar yang memimpikan hawa segar demokrasi, terlebih para simpatisan Partai Nasional untuk Demokrat (NLD). Partai pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, NLD itu akhirnya dibubarkan setelah anggota partai bersikeras tak ingin mencopot Suu Kyi dari jabatan pemimpin.
Berdasarkan undang-undang baru pemilihan umum--yang dibuat oleh junta--partai harus mencopot anggota partai yang menjalani hukuman penjara bila ingin mendaftar dalam pemilu yang dijadwalkan digelar tahun ini. Bila partai menolak mencopot anggota yang dipenjara dan memilih tak mendaftar, maka organisasi politik itu harus dibubarkan.
"NLD tidak lagi tercatat sebagai partai resmi menurut undang-undang. Itu perlu dipahami sekarang," kata seorang pejabat pemerintah dengan syarat tak disebut namanya kepada AFP, Jumat (6/4). Partai pemimpin demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi, yang dua dasa warsa menjadi simbol perlawanan, dibubarkan pada Kamis lalu.
NLD telah menyatakan sikap menolak memenuhi batas waktu 6 Mei untuk mendaftar kembali sebagai satu partai politik. Pendaftaran itu akan memaksa partai memberhentikan pemimpinnya sendiri. Mereka memilih memboikot pemilu yang menurut rencana akan diselenggarakan tahun ini.
Di kantor pusat partai itu di Yangon, bekas ibu kota Myanmar berbendera simbol NLD masih berkibar. Tetapi para pekerja partai sedang mengemas dokumen-dokumen dan mempertimbangkan rencana-rencana baru yang dipusatkan pada pekerjaan sosial dan pembangunan.
"Kami telah memutuskan tidak akan mencopot papan nama partai dan bendera-bendera kami atas permintaan Daw Suu (panggilan Suu Kyi)," kata anggota terkemuka NLD, Phyu Phyu Thin. "Walaupun kami tidak memiliki kantor pusat resmi, kami akan meneruskan gerakan kami. Para anggota kami telah mengorbankan nyawa mereka, banyak anggota partai kami dan aktivis masih mendekam di penjara-penjara," katanya.
Perjalanan NLD
Selain dari rumah Suu Kyi yang terletak di pinggir danau, tempat ia ditahan selama 14 tahun dari 20 tahun ia dihukum, markas besar di kota Yangoon yang terbuat dari kayu itu telah menjadi pusat usaha-usaha untuk mengakhiri kekuasaan militer hampir setengah abad. NLD didirikan 1988 setelah satu pemberontakan rakyat terhadap junta militer yang menewaskan ribuan orang.
Dua tahun kemudian partai itu meraih kemenangan dengan suara mayoritas besar dalam pemilu tetapi hasil itu tidak pernah diakui oleh rezim militer. Undang-undang pemilu baru junta itu, yang membuat NLD sulit mengambil keputusan boikot dan juga secara resmi membatalkan hasil pemilu 1990, yang dikecam luas masyarakat internasional.
Suu Kyi mengajukan gugatan pekan lalu dalam usaha membatalkan undang-undang tersebut. Tapi, Mahkamah Agung menolak permohonan itu, yang membuka jalan pembubaran partai itu Kamis.
Juru bicaa NLD Nyan Wain mengatakan mereka tidak memiliki acara-acara untuk menandakan jam-jam terakhir partai itu. "Kami tidak punya rencana hari ini. Kami tidak memiliki acara di markas besar partai kami," katanya kepada AFP.
Ia menolak menjelaskan lebih jauh mengenai perasaan para pemimpin dalam partai itu. Tapi, para pengamat mengatakan ada perpecahan antara kelompok lebih tua, anggota garis keras dan tokoh-tokoh mereka yang lebih muda dan lebih moderat yang menentang keputusan pemboikotan itu.
Khin Maung Swe, seorang anggota senior partai itu, tidak menghiraukan spekulasi bahwa ia akan membentuk satu partai politik baru. Proses bagi pendaftaran partai-partai baru secara resmi akan dimulai Jumat.
"Saya mencintai partai ini. Tetapi saya harus menghormati keputusan mayoritas. Hari ini adalah hari terakhir bagi kami. Ini adalah saat yang sangat menyedihkan karena kami harus memutuskan partai menempuh jalan ini," katanya kepada AFP.
"NLD tidak dapat memenuhi janji yang dibuatnya kepada masyarakat tahun 1990. Jadi saya akan mendukung mereka yang ingin melanjutkan pengabdian kepada rakyat."
Aung Naing Oo, seorang pengamat Myanmar dan mantan pemimpin mahasiswa dalam pemberontakan 1988, mengatakan gerakan pro demokrasi kini bergerak dalam wilayah yang belum dipetakan. "Itu adalah kerugian besar bagi Burma. Saya melihat tidak ada satu organisasi-pun yang dapat mengisi kekosongan yang terjadi akibat pembubaran NLD itu," katanya.