REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Hasil sementara pemilihan presiden Filipina menunjukkan Benigno "Noynoy" Aquino melesat dengan 40,9 persen dari 78 persen suara yang telah dihitung. Sementara di posisi kedua menyusul mantan presiden Joseph "Erap" Estrada dengan 25,46 persen.
Noynoy menyatakan ketegasannya dalam memberantas korupsi di pemerintahan dan menjanjikan memulihkan kredibilitas pemerintah dengan menuntut pejabat yang korup. Berbagai hambatan teknis mewarnai pemilu pertama yang menggunakan mesin penghitungan suara otomatis ini, namun secara umum pemilu kali ini lebih baik daripda pemilu-pemilu sebelumnya.
Senator Benigno Aquino diuntungkan dengan citra sang ayah yang juga bernama Benigno Aquino serta ibunya Corazon Aquino yang pernah menjadi presiden usai sang ayah tewas.
Aquino bisa dibilang naik panggung politik secara tiba-tiba. Kendati sudah menjadi senator selama 12 tahun, ia ragu-ragu memutuskan untuk terjun dalam pemilihan presiden. Baru beberapa bulan sebelum pemilu ditetapkan ia memutuskan untuk maju menjadi kandidat presiden.
Selain menekankan pada isu korupsi, Aquino juga menjanjikan mengembalikan integritas lembaga peradilan dan kongres. Selama satu dasawarsa terakhir pemerintah Filipina diwanai erbagai isu korupsi yang memuakkan rakyat.
Baru setelah mantan Presiden Corazon "Cory" Aquino meninggal karena kanker Agustus lalu, sang anak yang merupakan anggota parlemen berusia 50 tahun dan masih bujangan itu baru tergerak maju mencalonkan diri sebagai presiden. Sementara sang ayah, tokoh politik yang amat dimusuhi mantan diktator Ferdinand Marcos, tewas ditembak pada 1983 silam saat menginjakkan kaki di Bandara Manila usai kembali dari pengasingan.