REPUBLIKA.CO.ID, LYNCHBURG--Liberty University berrencana melakukan penyelidikan formal atas pimpinan sekolah seminari yang mengatakan ia dibesarkan sebagai Muslim yang saleh di Turki dan kemudian berpindah keyakinan menjadi Kristen. Hal itu dilakukan menyusul adanya bukti baru dari pengadilan yang bertentangan dengan kenyataan.
Ergun Caner, nama kepala Liberty Baptist Theological Seminary itu, selalu menyatakan Islam adalah agama perang. Dia mengaku dibesarkan di kamp jihad dan disiapkan menjadi teroris andal. Namun belakangan, pengakuannya ternyata palsu.
Koran The News & Advance memberitakan, Pengadilan Columbus menemukan data sahih yang menunjukkan Caner lahir di Swedia dan pindah bersama orang tuanya ke Amerika Serikat empat tahun kemudian. Dia dibesarkan secara Kristen sejak kecil, kendati ayahnya berdarah Turki.
Sebelumnya, desas-desus tentang Caner menyeruak di jagat maya. Para blogger awalnya mempertanyakan rincian latar belakang Caner dan membuat dalam laporan publik dalam situs mereka. Merujuk pada Christianity Today, sebuah majalah yang ditujukan untuk para penginjil Kristen, akar Muslim Caner sudah lama tercerabut, jauh sebelum ia tumbuh besar.
Liberty, salah satu universitas penginjil terbesar di Amerika Serikat, mengumumkan di situsnya itu meluncurkan sebuah investigasi. "Liberty tidak melakukan evaluasi personil berdasarkan tuduhan dari blog internet," kata Jerry Falwell Jr, pimpinan universitas itu, dalam pernyataan yang dimuat di situs Liberty. "Namun, Mengingat fakta bahwa beberapa koran mengangkat pertanyaan, kami merasa perlu untuk melakukan penyelidikan resmi."
Universitas kata pembantu rektor Ron Godwin, akan membentuk sebuah komite untuk menyelidiki tuduhan. "Laporan lengkap akan kami presentasikan akhir Juni," ujarnya.
Pada website pribadinya, Caner mengatakan, dia dan kedua saudaranya dibesarkan sebagai Muslim sampai masuk ke perguruan tinggi. "Setelah pertobatannya," demikian biodata singkat Caner mengatakan, "dia mengejar panggilan kepada pelayanan dan pendidikan."
Caner dan saudaranya, Emir, sangat populer di gereja-gereja di seantero AS setelah serangan teroris September 2001. Mereka juga menulis buku best seller, Unveiling Islam: An Insider's Look at Muslim Life and Beliefs.