REPUBLIKA.CO.ID,
MANILA--Presiden Filipina, Gloria Arroyo, siap menghadapi penyelidikan tuduhan mencurangi pemilu dan korupsi selama masa jabatannya. Calon presiden terpilih, Benigno 'Noynoy' Aquino III berjanji akan menuntaskan kasus korupsi setelah dirinya dilantik menjadi presiden.
'Tawaran ini disampaikan Presiden untuk menjawab tuduhan ini, untuk membersihkan diri dari noda sejarah," ujar juru bicara Arroyo, Gary Olivar kepada AFP seperti dilaporkan The Straits Times. "Kami menghargai apapun upaya Senator Aquino. Hal ini tentu saja hak prerogatif sang senator untuk menentukan agenda dan mandat dari rakyat."
Senator Noynoy, 50 tahun, yang memimpin perolehan suara dalam pemilu Filipina telah bersumpah untuk menyelidiki Arroyo atas tuduhan mencuranginya dalam Pemilu 2004 kemenangannya. Dalam sebuah wawancara Aquino mengatakan Arroyo melakukan pembicaraan rahasia via telepon dengan ketua Komisi Pemilihan Umum menjelang pelaksanaan penghitungan suara. Haril pemilu saat itu kembali memenangkan wanita berusia 63 tahun itu.
Putra mantan presiden Corazon Aquino juga telah berjanji akan melihat kasus-kasus dugaan korupsi di bawah Arroyo, yang pemerintahannya telah dirusak oleh skandal korupsi, masalah kronis di negara yang miskin itu.
Meskipun penghitungan belum selesai, hasil parsial menunjukkan Aquino mengamankan sekitar 40 persen dari 37,5 juta suara. Ia menang 25 persen di atas saingan terdekatnya, mantan presiden Joseph Estrada.
Arroyo naik ke tapuk kekuasaan tertinggi negara itu tahun 2001 setelah Presiden Joseph Estrada terguling karena kasus korupsi. Arroyo saat itu menjabat sebagai wakil presiden. Ia kemudian terpilih untuk masa jabatan enam tahun pada tahun 2004.