REPUBLIKA.CO.ID, MANILA--Gerilyawan Muslim mengatakan Minggu bahwa mereka siap untuk masuk ke dalam pembicaraan damai dengan Filipina di bawah kepemimpinan Benigno "Noynoy" Aquino III. Tawaran ini memberi angin baru bagi perdamaian di selatan negeri itu yang terus bergolar selama beberapa dasawarsa.
Negositaor Front Pembebasan Islam Moro, Mohagher Iqbal, mengatakan kelompoknya memiliki harapan pada prospek perjanjian perdamaian di bawah pemerintahan baru. Pembicaraan dengan pemerintahan sebelumnya pada awalnya berjalan dengan baik, tapi kemudian runtuh. "Aquino lebih memiliki otoritas moral sebagai presidendibanding pemerintah sebelumnya," kata Iqbal pada The Associated Press.
Para gerilyawanmengucapkan selamat atas kemenangan yang diharapkan itu, dan mengatakan dalam sebuah editorial di situs web mereka bahwa dia pantas "menerima rasa hormat dari semua" untuk kemenangannya. "Noynoy orang yang baik, tetapi sebagai presiden, itu masih harus dilihat," tulis mereka. Kedua orangtuanya dikenal mengayomi siapa saja, termasuk minoritas Muslim.
Kelompok gerilyawan terbesar dengan 11 ribu pejuang ini disebut banyak pengamat akan menjadi batu ujian pertama Aquino. Selain gerilyawan Moro, dia harus berhadapan dengan dua kelompok pemberontak yang lebih kecil, termasuk yang mempunyai akar ke kelompok AlQaidah pimpinan Abu Sayyaf.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan The Associated Press, Aquino mengatakan ia akan memulai kembali pembicaraan dengan gerilyawan Moro. Ia juga akan berkonsultasi dengan semua kelompok yang terkena dampak, termasuk politisi Kristen, untuk memastikan penerimaan dari setiap perjanjian damai.
"Saya benar-benar merasa bahwa Mindanao adalah yang paling siap untuk transformasi cepat," kata Aquino, merujuk pada wilayah selatan yang kaya sumber daya tapi didera kemiskinan, di mana pemberontakan Islam telah berlangsung sejak empat dekade lalu.