Kamis 20 May 2010 04:48 WIB

PM Australia Peringatkan Pelancong tak ke Bangkokj

REPUBLIKA.CO.ID,SYDNEY--Perdana Menteri Australia Kevin Rudd pada Rabu memperingatkan wisatawan tidak mengunjungi Bangkok, dengan menyatakan keamanan di ibukota Thailand itu memburuk sesudah tentara melancarkan gerakan terhadap pengunjukrasa. "Atas saran Departemen Luar Negeri dan Perdagangan, pemerintah menaikkan tingkat nasihat perjalanan untuk tidak melakukan perjalanan ke Bangkok," kata Rudd kepada wartawan, "Saya ulangi, pemerintah menaikkan tingkat nasihat perjalanan untuk tidak melakukan perjalanan ke Bangkok."

Rudd menyatakan peringatan itu tidak mencakup wisatawan singgah di bandar udara Bangkok, naf besar udara bagi Asia, karena tidak ada laporan tentang gangguan di sana. Namun, ia memperingatkan bahwa kekerasan itu bisa menyebar ke luar ibukota itu dan mendesak warga Australia benar-benar menghindari tempat unjukrasa atau unjukrasa atau barisan tentara. "Warga Australia di Bangkok harus sangat hati-hati," katanya, dengan menambahkan bahwa yang tanpa urusan penting harus mempertimbangkan meninggalkan kota tersebut.

"Kekerasan bisa menyebar ke tempat unjukrasa lain di Bangkok, di luar wilayah utama unjukrasa di Bangkok tengah," katanya. Australia pada bulan lalu memperingatkan pelancong mempertimbangkan kembali kunjungan ke Thailand. Sekitar 20.000 orang Australia diyakini berada di negara itu.

Rudd, yang pemerintahnya mendesak upaya damai atas ketegangan antara pemerintah dengan pengunjukrasa Baju merah, mendesak menahan diri. "Sebagai teman Thailand, saya tahu akan bergabung dengan sebagian sangat besar warga Australia dalam mengungkapkan belasungkawa kepada yang kehilangan nyawa dalam kekerasan baru-baru ini di Thailand," katanya.

Kedutaan besar Australia di Bangkok pusat menutup pintu untuk pengunjung pada pekan ini, tapi tetap bekerja, kata kementerian luar negeri. Perusahaan penerbangan Australia Qantas pada Selasa membiarkan penumpang menunda perjalanan ke Thailand atau melewati negara itu tanpa denda akibat kekerasan maut menghebat di ibu kota Bangkok.

Perusahaan penerbangan itu membuat tawaran itu "sehubungan dengan keberlanjutan kerusuhan warga/ketegangan politik di Thailand", kata pernyataan di lamannya, www.qantas.com.au. Penumpang, yang sudah membeli karcis, dapat mengalihkan perjalanan masuk dan keluar negara itu, melewatkan Thailand sebagai persinggahan dan bahkan mengubah tujuan tanpa biaya tambahan, kata Qantas.

Amerika Serikat pada ahir pekan lalu memperingatkan warganya tidak melakukan perjalanan tak penting ke Thailand. Pemerintah negara adidaya itu juga mulai mengungsikan karyawan kedutaan tersebut dan keluarganya akibat peningkatan kekerasan di negara itu.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan mengizinkan karyawan kedutaan itu dan keluarganya meninggalkan Bangkok jika kekerasan meningkat. "Warga Amerika Serikat hendaknya menangguhkan perjalanan ke Bangkok dan wilayah lain di Thailand," kata pernyataan kementerian luar negeri Amerika Serikat itu.

"Kementerian luar negeri Amerika Serikat mengizinkan semua karyawan pemerintah Amerika Serikat, yang bukan termasuk yang menangani hal darurat, meninggalkan Bangkok," kata pernyataan itu. Pengumuman itu dikeluarkan menyusul dua hari pertikaian antara tentara dengan kelompok Baju Merah penentang pemerintah. Kemelut itu menimbulkan korban jiwa dan luka-luka.

Amerika Serikat menutup kedutaannya dua hari sebelumnya. Gedung Putih menyatakan "sangat prihatin" atas kekerasan antara pemerintah dengan pengunjuk rasa di sana. Petugas kedutaan Amerika Serikat, yang tinggal di kawasan pusat unjukrasa, dipindahkan ke tempat lebih aman.

sumber : ant/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement