REPUBLIKA.CO.ID,MANILA--Uni Eropa akan bergabung dengan satu tim internasional memantau gencatan senjata antara pemerintah Filipina dan kelompok gerilyawan Muslim di selatan, kata wakil lokal blok itu, Rabu.
Duta besar Uni Eropa (EU) Alistair MacDonald mengatakan blok itu akan memimpin "Komponen Kemanusiaan, Rehabilitasi dan Pembangunan" Tim Pemantau Internasional (IMT) atas permintaan Manila dan kelompok gerilyawan.
"Keputusan EU untuk bergabung dengan IMT adalah berita bagus bagi kedua pihak pemerintah Filipina dan MILF (Front Pembebasan Islam Moro) yang kini berusaha keras untuk mempertahankan hasil perundigan-perundingan perdamaian," kata ketua perunding pemerintah Rafael Sequis. Hasil itu juga memungkinkan EU memainkan peran lebih langsung dalam proses perdamaian antara pemerintah dan MILF, kata MacDonald.
Ia menegaskan bahwa memajukan perdamaian adalah penting untuk mengakhiri "konflik yang tidak berujung pangkal dan kemiskinan" yang melanda wilayah selatan Mindanao itu selama puluhan tahun.
Tim UE itu akan bergabung dengan Malaysia. Brunei Darussalam, Libya dan Jepang dalam memantau gencatan senjata antara pemerintah dan MILF di Mindanao. Tidak disebutkan kapan personil EU akan dikirim ke wilayah yang kacau itu dan berapa orang yang akan dikirim.
Para pemantau internasional telah dipercayakan untuk meredakan bentrokan antara militer dan gerilyawan Muslim di wilayah selatan itu. MILF, yang memiliki 12.000 anggota, mengangkat senjata untuk mendirikan sebuah negara terpisah di Mindanao tetapi menandatangani gencatan senjata dengan Manila tahun 2003 untuk membuka pintu bagi perundingan-perundingan perdamaian.
Kendatipun gencatan senjata, pertempuran tetap meletus secara sporadis, kasus terburuk terjadi Agustus 2008 ketika para komandan MILF menyerang masyarakat di Mindanano tengah menewaskan lebih dari 300 warga sipil dan gerilyawan. Lebih dari setengah juta orang terlantar akibat perang itu dan puluhan ribu orang masih tinggal di kamp-kamp pengungsi kendatipun pemerintah dan MILF telah mulai melakukan perundingan-perundingan perdamaian. Perang di Mindanao itu telah menewaskan lebih dari 150.000 orang sejak tahun 1978.