REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS--Uni Eropa menyerukan rekonsiliasi di Thailand yang dilanda perselisihan dan berkabung atas tewasnya seorang wartawan Italia. Badan itu juga mengatakan bahwa "terlalu banyak darah telah tumpah" dalam demonstrasi itu.
"Thailand sekarang memasuki periode tempat rekonsiliasi nasional bukan pilihan mudah, benar-benar dimandatkan," kata ketua parlemen EU, Jezy Buzek, setelah demonstran "Kaos Merah" merampok dan membakar sejumlah bangunan di Bangkok menyusul tindakan keras militer yang mematikan.
"Terlalu banyak darah telah ditumpahkan di jalanan Bangkok," kata bekas aktivis dalam gerakan Solidaritas di Polandia pada 1980-an, dalam sebuah pernyataan. "Saya berharap konfrontasi keras antara pasukan pemerintah dan pengunjuk rasa akhirnya mendekati akhir,"
Anggota parlemen Polandia itu juga menyampaikan belasungkawanya pada keluarga keenam orang yang tewas dalam kekerasan itu, termasuk wartawan Italia, Fabio Poleghi.
Ia menyatakan "dengan kesedihan mendalam" mendengar kematian Poleghi. "Ini akan mengingatkan kita risiko yang diajukan pada wakil-wakil media di sekeliling dunia bahwa perjuangan itu akan memberi kita informasi yang akurat dan bebas," ujarnya.
Kepala urusan luar negeri EU, Catherine Ashton, meminta "pengendalian diri dan penggunaan akal sehat pada kedua belah pihak", kata jurubicaranya. "Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk menegakkan pemerintah berdasar hukum, tapi juga memiliki tugas untuk menghormati hak-hak asasi manusia dasar, menghindari penggunaan kekuatan berlebihan," kata Catherine.
"Demonstran demikian juga, sebaiknya mengendalikan diri dari kekerasan." Jurubicara itu menambahkan bahwa kedua belah pihak perlu menggunakan cara yang konstruktif, bekerjasama bagi kebaikan negara mereka.
Sedikitnya tujuh orang tewas termasuk wartawan Italia itu ketika militer menyerang kamp demonstran Kaos Merah beberapa pekan lamanya di Bangkok. Penyerangan itu memaksa pemimpin mereka untuk menyerah.
Demonstran yang sangat marah kemudian mengamuk di tempat lain, membakar 27 tempat termasuk kantor bursa efek dan tempat perbelanjaan terbesar di Asia tenggara. Demonstran Kaos Merah itu sebagian besar pendukung bekas perdana menteri Thaksin Shinawatra yang dijatuhkan dalam kudeta 2006 dan sekarang hidup di pengasingan.