REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah elemen mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Organisasi Semarang berunjuk rasa menuntut pembubaran Sekretariat Bersama Koalisi Partai Politik Pendukung Pemerintah.
"Pembentukan setber koalisi saat ini hanya untuk mengamankan posisi pihak tertentu yang bermasalah," kata Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Semarang, Manik Suryandaru, di sela-sela unjuk rasa yang digelar di depan gerbang Gedung Berlian (kantor DPRD Provinsi Jawa Tengah), Jalan Pahlawan Semarang, Kamis. Elemen mahasiswa Kota Semarang yang ikut berunjuk rasa selain GMNI adalah Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Selain menuntut pembubaran setber koalisi, pengunjuk rasa juga
menuntut pencabutan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentng Penanaman Modal, menolak sistem neoliberalisme, menolak kebijakan perdagangan bebas, menasionalisasi aset negara, dan memberantas mafia hukum. Menurut dia, praktik neoimperialisme dan neokapitalisme menjadi salah satu penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia.
Sejumlah aset bangsa dan sumber daya alam, katanya, saat ini dengan mudah beralih penguasaan ke investor asing tanpa memikirkan kesejahteraan semua rakyat. "Hal tersebut akhirnya membuat pemerintah Indonesia menjadi tergantung dengan negara lain dalam segala aspek kehidupan terutama di bidang ekonomi," ujarnya.
Selain berorasi secara bergantian, pengunjuk rasa juga membagi-bagikan selebaran berisi tuntutan dan sebagian mengibarkan bendera masing-masing elemen kemahasiswaan mereka. Sempat terjadi aksi saling dorong antara pengunjuk rasa dengan polisi yang berjaga di depan gerbang. Namun, hal tersebut hanya berlangsung sebentar.
Puluhan pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri dengan tertib setelah beberapa anggota dewan menemui mereka dan berjanji akan menyampaikan aspirasi ke pemerintah pusat.