REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Pimpinan spiritual Tibet, Dalai Lama, mengatakan pada hari Kamis bahwa ia adalah seorang marxist. Dia justru menuding Cina yang komunis sebagai kapitalis yang sesungguhnya, karena jutaan orang yang hidup di bawah garis kemiskinan makin meningkat.
"Saya masih seorang Marxis," ujarnya di New York, beberapa saat setelah melewati berbagai prosedur keamanan bandara bersama para biksu lainnya. Dia dijadwalkan memberi serangkaian kuliah umum di negeri itu. Menurutnya, sudah seharusnya Partai Komunis yang berkuasa di Cina mewakili semua jenis kelas.
Menurutnya, dunia saat ini makin "sosial". Gerakan anti-perang, upaya bantuan besar internasional setelah gempa Haiti tahun ini, dan pemilihan Barack Obama sebagai presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat, katanya, merupakan tanda-tanda yang jelas bahwa umat manusia di dunia sekarang sudah lebih matang.
Dengan nada bercanda, ia mengungkapkan, "Itu pikiran-pikiran (Marxist) saya. Jika pemikiran itu dianggap salah, tolong beritahu saya."
Dalai Lama tak lelah memperjuangkan kemerdekaan Tibet dari Cina. Sejak tahun tahun 1959 ia hidup di pengungsian di luar negeri.
Ia menyebut Cina kini makin kaya. Tapi di sisi lain, warganya menginginkan lebih banyak kebebasan. "Mereka ingin pengadilan yang independen, mereka ingin memiliki semacam pers yang bebas," katanya.
Pemerintah Cina, katanya, terus mencari harmoni. "Namun keharmonisan harus keluar dari hati, bukan karena takut. Sejauh ini, metode untuk membawa harmoni sebagian besar bergantung pada penggunaan kekuatan," tambahnya.