REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setelah 17 tahun menanti, Arema Indonesia bersiap merayakan gelar juara Liga Super Indonesia musim 2009/2010. Stadion Kaharudin Nasution, Rumbai, Pekanbaru, akan menjadi saksi sejarah ini jika Arema mampu memetik minimal satu angka saat menghadapi tuan rumah PSPS Pekanbaru, Rabu (26/5).
Arema saat ini berada puncak klasemen dengan nilai 69 dari 32 laga. Pesaing terdekat Arema, Persipura Jayapura, berada di tempat kedua dengan 66 poin dari 33 laga. Satu poin membuat Arema tidak terkejar.
"Kami ingin memastikan gelar juara lebih cepat. Kalau bisa saat menghadapi Persija di laga terakhir, kami sudah menjadi juara," ucap asisten pelatih Arema, Liestiadi, Selasa (25/5). Kubu Arema agaknya berhitung, meraih poin dari PSPS lebih mudah ketimbang Persija.
Masyarakat kota Malang terakhir berpesta saat Arema menjadi juara Galatama musim 1992/1993. Aji Santoso, Mecky Tata, Singgih Pitono, Jamrawi, dan M Basri, merupakan tulang punggung Arema saat itu.
Kini, tekad mengulangi kenangan manis 17 tahun silam dibebankan ke pundak sejumlah pemain asing, yaitu Roman Chmelo, Esteban Guillen, Pierre Njanka, Noh Alam Shah, dan Muhammad Ridhuan. Mereka akan dibantu sejumlah pemain muda Arema yang sedang bersinar.
Arema akan turun dengan kekuatan terbaiknya. Hanya gelandang sayap lincah M Fachrudin, yang baru-baru ini dikontrak sebuah merek telepon selular sebagai bintang iklannya, terkena akumulasi kartu kuning.
Ini tidak akan menjadi masalah besar bagi pelatih Robert Albert. Selama ini, Albert termasuk pelatih yang cerdik dalam melakukan rotasi pemain. Ia selalu bisa menemukan solusi jitu jika ada satu-dua pemain kunci absen.
Hasil imbang sudah cukup
Arema sebelumnya mengatakan akan mengincar kemenangan untuk memastikan gelar juara secara meyakinkan. Namun, lawan yang akan dihadapi bukan tim sembarangan. Hanya ada tiga tim yang keluar dari Kaharudin Nasution dengan membawa pulang angka. Persipura pulang dengan tiga angka setelah menekuk PSPS 1-0. Sementara Persela Lamongan dan Persijap Jepara beruntung bisa menahan tuan rumah tanpa gol. Sisanya, 12 tim lain pulang dengan tangan hampa.
"Kami paham dengan kekuatan PSPS yang tangguh di kandang. Jika memang tidak bisa meraih kemenangan, hasil imbang sudah cukup baik bagi kami karena itu artinya kami juara," kata Liestiadi.
Arema akan berharap kepada kepiawaian kiper muda Kurnia Meiga. Jika lini depan Arema tidak mampu membobol gawang PSPS yang dijaga Dede Sulaiman, Meiga diharapkan mampu melakukan hal serupa, menghadang seluruh bola yang mengarah ke gawangnya.
Meiga membuktikan kepiawaiannya di bawah mistar dengan 17 kali tidak kebobolan, masing-masing 10 di kandang dan tujuh di laga tandang. Meiga bisa tenang karena Njanka akan menjadi tembok kokoh yang berdiri tepat di depannya untuk menghalau gempuran duet maut PSPS, M Isnaini dan Herman Dzumafo.
Arema pantas siaga penuh. Sebab tuan rumah jauh-jauh hari sudah menegaskan tidak akan mempermudah jalan Arema untuk menjadi juara.
"Kami mengincar kemenangan karena bermain di hadapan pendukung sendiri dan mengincar posisi lima besar. Tidak ada cerita mengalah," kata Abdurrahman Gurning, pelatih PSPS kepada wartawan.
Gurning mengakui, bahwa Arema adalah tim yang solid. 'Singo Edan' selalu menunjukkan permainan stabil.
Gurning meminta para pemainnya mewaspadai pergerakan Roman Chmelo. Pemain asal Slovakia itu, menurutnya, merupakan kunci serangan Arema.
Dalam beberapa latihan terakhir, Gurning fokus membenahi penyelesaian akhir lini depannya. Sebab di dua laga sebelumnya, saat takluk dari Persela dan Persijap, PSPS mendapatkan banyak peluang namun gagal menciptakan gol.
Gurning tetap mempertahankan duet Isnaini-Dzumafo. Keduanya akan ditopang mobilitas gelandang asal Persebaya Surabaya, Josh Maguire. Namun, PSPS akan kehilangan gelandang kreatif Ade Chandra serta Dedi Gusmawan.